MAKALAH BAHASA INDONESIA SEJARAH, PENGERTIAN ,MACAM-MACAM,DAN CONTOH DARI FRASE



MAKALAH BAHASA INDONESIA
“SEJARAH, PENGERTIAN ,MACAM-MACAM,DAN CONTOH DARI FRASE”
Disusun Oleh: Kelompok 1
1.Zumrotul Aini             6.Ilham Utama Putra
2.Yeli Darti                     7.Lusi Lestari
3.Andri Pratama             8.Miza Elpiana
4.Dede Tri Nopran          9.Rahmad Fauzi
5.Ersa Marlianti N                    10.Syafiq Abriyansah
Kelas  :  ID (Ekonomi Islam)
Dosen pembimbing: Ibu Welti Wediasti
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA  ISLAM  NEGERI  BENGKULU
TAHUN  PELAJARAN 2014-2015
Kata Pengantar

Puji syukur  kehadirat  Allah  SWT,  karena segala  nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat makalah tentang yang bertema “Sejarah,Pengertian,jenis-jenis,dan Contoh dari Frase”. Tak  lupa  shalawat dan salam kita hanturkan kepada Nabi Muhammad Saw. Karena berkat beliaulah yang membawa kita dari zaman kebodohan menuju  zaman era modern seperti sekarang ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan semua, yang telah memberikan ide atau pikiran sehingga terbentuk makalah ini.
Kami  menyadari, bahwa  dalam  makalah  ini masih ada kekurangan baik dalam segi bahasa maupun penulisannya. Oleh karena  itu, kami  mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk membangun penyempurnaan kedepannya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, sekian dan terima kasih.



Bengkulu,  Oktober  2014


                                                            Penulis




DAFTAR ISI
Judul Makalah................................................................................................................. 1
Kata Pengantar ..............................................................................................................  2
Daftar Isi......................................................................................................................... 3
BAB  I  (PENDAHULUAN)........................................................................................ 4
1.Latar Belakang............................................................................................................. 5
2.Rumusan Masalah........................................................................................................ 6
3.Tujuan.......................................................................................................................... 7
BAB II (PEMBAHASAN)............................................................................................ 8
1.1 Sejarah dari Frase......................................................................................9
1.2  Pengertian Frase
1.3 Jenis-jenis dari Frase
1.4 Contoh dari Frase
BAB III (PENUTUP).................................................................................................... 13
a.Kesimpulan.................................................................................................................. 13
b.Saran............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14




BAB 1
PENDAHULUAN

A.               Latar Belakang
 Ketika kita mempelajari bahasa Indonesia di SMP dan SMA, kita pasti pernah mempelajari frase menurut Oscar (Keraf dalam Oscar, 1993:5), yaitu bagian-bagian dari kata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kaliamt dalam suatu bahasa. Frase dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu frase endosentrif5ft5f5aes dan frase eksosentris. Frasa endosentris merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya (Ramlan, 1986:146), sedangkan frasa eksosentris ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan, 1986:146). Makalah ini akan membahas frase endosentris dan jenis-jenisnya, pengertian dari jenis-jenis frasa tersebut, dan perluasan aposisi selain subjek akan dibahas secara jelas.

B.                   Rumusan Masalah
a.       Bagaimana sejarah dari Frase?
b.      Apakah pengertian dari Frase?
c.       Apa saja jenis-jenis dari frase?

C.                 Tujuan
a.       Dapat mengetahui sejarah dari Frase.
b.      Dapat mengetahui pengertian dari Frase.
c.       Dapat mengetahui jenis-jenis dari Frase.


BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Frase


1.2 Pengertian Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Gabungan kata baru ini tidak membentuk makna baru. Frase lazim dikatakan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk, frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat -objek), atau lazim juga di sebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di  dalam suatu kalimat. Beberapa ahli mengatakan beberapa pengertian dari frase, yaitu:
·         Menurut Elson and Pickett 1969:73) Frase adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
·         Menurut Ramlan frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua  kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa ( Ramlan 1985:138). Yang dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O, PEL, KET. Contoh, Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri dari beberapa fungsi yaitu, Eka menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, majalah menduduki fungsi O dan di ruang tamu menduduki fungsi KET.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai sifat, yaitu:
a.   Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b.   Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atauK.
c.    Gabungan kata yang terbentuk tidak menimbulkan makna baru.
Didalam pertuturan atau karangan,bahasa itu diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan bahasa yang disebut dengan kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri terbentuk dari satuan-satuan kata yang dirangkai-rangkaikan.Kalimat-kaliamat ini,secara teoretis,dibentuk oleh unsur subjek (s), Predikat (p), dan keterangan (k). Subjek adalah bagian dari kalimat yang merupakan pokok pembicaraan, predikat adalah bagian dari kaliamat yang memberi penjelasan mengenai mengapa,bagaimana,atau apa yang terjadi terhadap pokok pembicaraan itu,objek adalah bagian kaliamat yang memberi penjelasan terhadap kejadian yang menyangkut pokok pembicaraan,dan keterangan adalah bagian dari kalimat yang memberi penjelasan tambahan mengenai kapan,di mana,atau dalam keadaan apa peristiwa yang dialami pokok pembicaraan itu berlangsung.
Contoh:
Presiden Suharto sudah meresmikan jalan tol baru itu kemaren pagi.
Subjek Frase      :   Presiden Soeharto.
Predikat Frase       : Sudah meresmikan.
Objek Frase          :  Jalan tol baru itu.
Keterangan Frase:    Kemarin Pagi.

1.3 Jenis-Jenis  dari frase:
A. Berdasarkan hubungan antar unsur-unsur pembentuknya
            Berdasarkan hubungan antar unsur pembentukannya,frase dibedakan menjadi beberapa klasifikasimenjadi 2 yaitu :
I.   Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang unsur-unsur pembentuknya mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya (dapat menggantikan kedudukan frase itu secara keseluruhan). Sedangkan menurut Ramlan, frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan 1985:142) .Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:

a.Frase endosentrik yang koordinatif,
            Frase koordinat yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung. Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak, yang secara potensial komponennya dapat dihubungkan dengan partikel dan, ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi korelatif, seperti baik …maupun dan makin … makin (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:25). Kategori frase koordinatif sesuai dengan kategori komponennya. Contoh :
a.       Kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan miskin; dari, untuk, dan oleh rakyat, untuk dan atas nama klien; pintar, tetapi congkak
b.      Baik merah maupun biru, makin pagi makin baik, suka-(tidak) suka, makin tua makin bermutu.
Jadi, kata yang dapat digabungkan hanya kata yang berkategori
sama, seperti merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik.
Jika tidak menggunakan partikel, gabungan itu disebut frase parataktis, seperti  tua muda, besar kecil, hilir mudik, keluar masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya miskin.
   
b.   Frase endosentrik  yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Salah satu unsurnya merupakan inti dan unsur lain menjadi keterangan. Frase ini ditandai oleh adanya unsur yang berfungsi sebagai atribut. Inti frase disebut yang diterangkan (D) dan atribut frase disebut yang menerangkan (M).
Misalnya:       perjalanan (D)  panjang (M)                         sedang (M) membaca (D)
Perjalanan’ dan ‘membaca’ merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif. Berbeda dengan endosentrik koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya :
-         Pembangunan lima tahun
-         Sekolah Inpres
-         Buku baru
-         Pekarangan luas
-         Orang itu
-         Malam ini
Kata-kata yang dicetak miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata pembangunan, sekolah, buku, pekarangan, orang, malam, merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr). Frase endosentrik  yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya:
Perjalanan panjang hari libur

Catatan:

Perjalanan dan hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.


c.   Frase endosentrik yang apositif, frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya:      Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi.
Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, ….,
sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
2.  Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang semua ataupun salah satu unsurnya tidak dapat menggantikan kedudukan frase itu secara keseluruhan. Frase eksosentrik biasanya didahului oleh kata depan.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
B.Berdasarkan jenis kata yang menjadi inti pembentuknya, frase dibedakan menjadi:
1.   Frase nominal, yaitu frase yang unsur intinya berupa kata benda.
Misalnya: baju baru, mobil mewah
2.   Frase verbal, yaitu frase yang unsur intinya berupa kata kerja.
Misalnya: akan berlayar, sedang membaca
3.   Frase numeralia (bilangan), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4.   Frase adverbial (keterangan), yaitu frase yang berupa kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5.   Frase adjektival (sifat), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata sifat.
Misalnya: merdu sekali, sangat mahal
6.   Frase pronominal (kata ganti), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata ganti.
Misalnya: kamu sekalian,
7.   Frase preposisional (kata depan), yaitu frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau  frase.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
Frase Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frase yang sama yaitu frase kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frase yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.

C.Dilihat dari kedudukan unsur yang membentuknya ,frase dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Frase Setara
Frase Setara adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya sama derajatnya.Yang satu tidak tergantung pada yang lain,sehingga keduanya  dapat menggantikann kedua frase itu didalam kalimat .Umpamanya frase ayah ibu dalam kalimat.
-Ternyata Ayah Ibu sudah tidak ada,(Frase ayah ibu dapat diganti kedudukannya dalam kalimat itu oleh kata ayah saja atau ibu saja,sehingga menjadi :
1.Ternyata ayah sudah tidak ada.
2.Ternyata ibu sudah tidak ada.

2.Frase Bertingkat
            Frase bertingkat adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak sama.Unsur yang satu kedudukannya sangat penting sehingga tidak dapat  ditinggalkan,sedangkan unsur yang lain kedudukannya hanya merupakan penjelas saja atau tambahan saja,sehingga dapat ditinggalkan Umpamanya frase sudah mendirikan dalam kalimat.
Contoh :Mereka sudah mendirikan koperasi
Kata mendirikan merupakan unsur yang penting didalam frase itu sehingga kedudukannya tidak dapat ditinggalkan.Karena kalau di tinggalkan menjadi:
Mereka sudah koperasi
Kalimatnya menjadi tidak dapat diterima .Sebaliknya ,kata sudah karena merupakan unsur penjelas saja kedudukannya dapat ditinggalkan.kalau dikatakan :
Mereka mendirikan koperasi.
Kalimatnya masih bisa diterima

3.Frase Terpadu
Frase terpadu adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tiidak dapat ditangggalkan sama sekali.Kalau salah satu unsurnya ditanggalkan ,maka kalimatnya tidak dapat diterima .Umpamanya frase dari pasar dalam kalimat :
Contoh: Ibu baru pulang dari pasar.
Kata dari atau kata pasar  tidak dapat ditanggalkan,karena kalau ditanggalkan kalimatnya menjadi tidak dapat diterima.
-Ibu baru pulang dari.
-Ibu baru pulang pasar.

D.Dilihat dari fungsi dan jenisnya ,frase dibedakan menjadi empat yaitu :
1.Frase Benda (FB).
            Sama halnya dengan kata benda frase benda lazimnya digunakan untuk menjadi subjek atau objek didalam kalimat.Umpamanya frase pidato presiden  dalam kalimat berikut :
-          Kami mendengarkan pidato presiden melalui radio.
O
-          Pidato presiden akan disiarkan lagi oleh RRI.
   S
Ada macam frase benda,yaitu :
a.      Frase Benda setara
            Frase benda setara dibentuk dari  dua buah,unsur berupa dari dua buah kata benda yang maknanya atau kedudukan kedua kata benda itu berada pada bidang yang sama.Misalnya : 
-Meja kursi
-Piring mangkuk
-Semen kapur
-Kasur bantal
-Kain baju.
            Makna yang ada sbagai hasil proses penggabungannya adalah menyatakan “himpunan” atau “kumpulan “.Oleh karena itu ,secara jelas ( eksplisit) seringkalii diantara kedua unsurnya diletakkan kata penghubung dan,sehingga menjadi :
-Meja dan kursi
-Piring dan mangkuk
-Semen dan kapur
-Kasur dan bantal .
-Kain dan baju.
Catatan:
(1)   Frase benda setara ini seringkali juga mempunyai makna yang lebih luas,bukan hanya makna penjumlahan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain,melainkan meluas menjadi semua benda yang termasuk dalamm kelompok itu.Misalnya ayam itik bukan hanya berarti ” ayam dan itik  “melaikan berarti segenap binatang ternak,meja kursi bukan hanya bermakna” meja dan kursi” melainkan berarti segenap perabotan rumah tangga  ,begitu juga dengan kasur bantal bukan hanya bermakna “kasur dan bantal” tetapi juga segenap perlengkapan tidur.
(2)   Frase benda setara dapat juga dibentuk dari dua buah kata kerja atau dua buah kata sifat.Misalnya :
-Jual beli                                              -Pahit getir
- Jatuh bangun                                     -Jauh dekat
- Pulang pergi                                      -Hitam putih


b.      Frase Benda Bertingkat
Frase benda bertingkat dibentuk dari  buah  unsur,unsur pertama berupa sebuah kata benda yang menjadi inti frase ,yang kedudukannya tidak dapat ditanggalkan ,dan unsur keduua dapat berupa kata benda,kata kerja kata,kata sifat,atau kata keterangan ,yang menjadi unsur penjelasan.
Inti frase ,karena merupakan unsur yang diterangkan  ,maka lazim disebut unsur yang diterangkan (disingkat D),sedang unsur penjelas,karena merupakan unsur yang menerangkan disebut unsur menerangkan (disingkat M) .
·         Frase Benda Berstruktur D-M
Unsur D selalu berupa kata-kata –kata yang menyatakan benda atau hal sedangkan unsur M dapat berupa kata benda,kata kerja, atau kata lain.  Makna yang didapat sebagai hasil penggabungan kedua kata itu menjadi frase benda bertingkat ,antara lain ,adalah menyatakan: Milik,asal bahan,asal kedatangan,tempat,letak,sifat,keadaan,bentuk ,ukuran,umur ,tujuan,sasaran,pelaku,bidang,bagian,alat,sudah,urutan,jenis kelamin,sikap atau model,dan pembatasan.
Adapun aturan pembentukannya:
(1)   Frase benda bertingkat dapat makna “milik “ atau “kepunyaan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda yang merupakan benda umum,dan kata kedua sebagai unsur M menyatakan orang atau yang diorangkan.
Contoh :
-Sepeda Saya
-Tas adik
-Anak tetangga
           
(2)   Frase benda bertingkat dengan makna “bahan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda yang menyatakan benda jadianan dan  kata kedua sebagai unsur M menyatakan benda bahan.
Contoh:-Sikat kawat
            -Cincin perak
            -Sate ayam
(3)   Frase benda bertingkat dengan makna “asal kedatangan “ dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D berupa kata benda  yang menyatakan benda pada umumnya dan unsur kedua sebagai unsur M berupa kata bbenda yang menyatakan tempat negeri,kota,wilayah,negara dan sebagainya.
Contoh: -mobil jepang
-Beras cianjur
-Pemuda Irian
                        -Salak Bali
(4)    Frase benda bertingkat dengan makna “tempat” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benfda yang menyatakan tempat dan kata benda kedua sebagai unsur M adalah kata kerja atau kata benda yang memerlukan tempat.
Contoh: Ruang baca,kamar bedah,lapangan bola,halaman parkir.
(5)   Frase benda bertingkat dengan makna “letak “dibentuuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda umum dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata benda yang menyatakan arah atau letak.
Contoh : Kamar depan,pintu samping,alun-alun utara,dll
(6)   Frase benda bertingakat dengan makna “Sifat” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai uunsur D adalah kata ebbnda oranga atau yang diorangkan,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata sifat yang menyatakan sikap batin,atau kata bbenda berawalan PE- yang diebntuk dari kata sifat.
Contoh:Anak malas,Murid bandel,pemuda berani,dan suami pemarah.
(7)    Frase benda bertingkat dengan makna “keadaan “dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata sifat atau kata kerja yang menyatakan keadaan.Contoh : Baju kotor,jalan berdebu.
(8)   Frase benda bertingkat dengan makna bentuk  dari dua buah unsur.Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata sifat atau kata kerja yang menyatakan bentuk.
Contoh :besi bulan,kotak persegi,cermin cembung.
(9)   Frase benda bertingkat dengan makna “ukuran” dibentuk dari dua buah unsur . Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata sifat atau kata kerja yang menyatakan ukuran
Contoh :Bus mini,pedagang kecil,bendungan raksasa.

(10)                       Frase benda bertingkat dengan makna “umur “ atau “usia “dibentuk dari dua buah unsur. Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata sifat atau kata kerja yang menyatakan usia.Contoh :peraturan baru,bangunan kuno,barang antik.

(11)                       Frase benda bertingkat dengan makna “tujuan” dibentuk dari dua buah unsur. Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda ,dan kata kedua sebagai unsur M adalah (a).Kata Kerja : uang jajan,mesin cuci ,sepeda balap.(b) kata benda :kapal terbang,karet penghapus.

(12)                       Frase benda bertingkat makna “sasaran “ dibentuk dari dua buah unsur.Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda berimbuhan gabung PE-AN ,sedang kata kedua sebagai unsur M adalah kata benda umum.Contoh :pelebaran jalan,pelestarian alam,prluasan taman,pembangunan masjid.

(13)                       Frase benda bertingkat dengan makna “pelaku” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda berakhiran- AN ,atau berimbuhan gabung PE-AN sedangkan kata kedua sebagai unsur M adalah kata orang atau yang diorangkan.Contoh :pukulan Thomas Americo,omelan guru,penjajahan Belanda.

(14)                       Frase benda beringkat dengan makna “bidang atau “spesialisasi” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagi unsur D adalah kata benda orang,sedangkan kata kedua sebagai unsur M adalah: (a)Kata benda yang menyatakan bidang kegiatan ,contoh: dokter hewan,guru matematika.(b) kata kerja tertentu, contoh pelatih renang ,guru menggambar,tukang jahit.

2.Frase benda berstruktur M-D
            Pada frase ini kata yang menjadi unsur M berada di muka kata yang menjadi unsur D-nya.Unsur D selalu berupa kata benda ,sedangkan unsur M dapat berupa kata bilangan ,kata ingkar,atau kata pembatas.Makna yang didapat sebagai hhasil dari penggabungan kedua katta itu menjadi sebuah frase benda bbertingkat adalah :jumlah,himpunan,ingkar,dan pembatas.Adapun aturan pembentukannya adalah :
a.Frase benda bertingkat dengan makna “jumlah dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur M adalah kata benda (biasanya dilengkapi dengan kata bantu bilangannya) ,sedangkan kata kedua yang menjadi unsur D adalah kata benda.
Contoh:
Dua buah mangga,tiga orang wartawan,seekor onta.
b.Frase benda bertingkat dengan makna “himpunan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur M adalah kata bilangan bertingkat ,sedangkan kata kedua yang menjadi unsur D adalah kata benda.
Contoh: Kelima orang anak (itu),kedua pencuri (itu),keempat batang bambu (itu).
c.Frase benda bertingkat dengan makna “ingkar” dibbentuk dari dua buahh unsur .Unsur pertama ebagai unsur M adalah kata keterangan ingakar bukan, sedangkan kata kedua sebagai unsur D adalah kata benda.
Contoh:bukan wartawan,bukan meja tulis,bukan kakak.
d.Frase benda bertingkat dengan makana “pembatasan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai M adalah kata keterangan pembatasan hanya atau cuma,sedangkan kata kedua sebagai unsur D adalah kata benda.

Contoh:hanya air putih,Cuma seekor kucing,hanya dia.
Frase benda dengan makna “pembatasan” ini seringkali diberi keterangan pembatas pula dibelakang  frase tersebut ,misalnya :hanya dia saja,hanya air putih saja,Cuma seekor kucing saja.
1.4. CIRI-CIRI FRASA.
Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :
1.      Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
2.      Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3.      Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4.      Bersifat Non-predikatif.
5.      Konstistuen frasa adalh kata (bukan morfen).
6.      Hanya menduduki atau mengisi satu fungsi.
7.      Merupakan konstituen klausa.
8.      Bagian-bagian frasa tidak boleh ditukar atau dibalik susunannya.
9.      Frasa dapat diperluas dengan tambahan kata depan, tengah, atau di belakang.
10.  Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memiliki kedekatan hubungan.









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
      Frase adalah suatu kelompok kata fungsional yang memiliki gramatikal tertentu ( S,P,O, dan K ) yang tidak berbentuk arti atau satuan gramatikal yang secara potensial berupa gabungan kata yang terdiri daru dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan mempunyai sifat nonpredikatif. Frase  digolongkan berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata.

Saran
Dengan disusunnya makalah sintaksis tentang frasa ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui bahwa sintaksis itu hubungannya erat dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari.Untuk mengetahui lebuh jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan sintaksis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulis hanya membahas garis besar saja tentang sintaksis dan henya membahas lebih dalam tentang frasa.
         Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.







DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung:  PT Angkasa
Chaer,Abdul.2006.Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta :Rineka Cipta Ramlan, M. 1985. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono
Kridalaksana, Harimurti, 1986. Kelas kata dalam bahasa Indonesia .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

















 







  







Previous
Next Post »