MAKALAH BAHASA INDONESIA
“SEJARAH,
PENGERTIAN ,MACAM-MACAM,DAN CONTOH DARI FRASE”
Disusun Oleh: Kelompok 1
1.Zumrotul Aini 6.Ilham
Utama Putra
2.Yeli Darti 7.Lusi
Lestari
3.Andri Pratama 8.Miza
Elpiana
4.Dede Tri Nopran 9.Rahmad
Fauzi
5.Ersa Marlianti N 10.Syafiq
Abriyansah
Kelas : ID
(Ekonomi Islam)
Dosen pembimbing:
Ibu Welti Wediasti
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN
PELAJARAN 2014-2015
Kata
Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah
SWT, karena segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
membuat makalah tentang yang bertema “Sejarah,Pengertian,jenis-jenis,dan Contoh
dari Frase”. Tak lupa shalawat dan salam kita hanturkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Karena berkat beliaulah yang membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman era modern seperti sekarang
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan semua, yang telah
memberikan ide atau pikiran sehingga terbentuk makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dalam
makalah ini masih ada kekurangan
baik dalam segi bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk membangun penyempurnaan
kedepannya. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, sekian dan terima kasih.
Bengkulu,
Oktober 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Judul Makalah................................................................................................................. 1
Kata Pengantar .............................................................................................................. 2
Daftar Isi......................................................................................................................... 3
BAB
I (PENDAHULUAN)........................................................................................
4
1.Latar Belakang............................................................................................................. 5
2.Rumusan Masalah........................................................................................................ 6
3.Tujuan.......................................................................................................................... 7
BAB II (PEMBAHASAN)............................................................................................
8
1.1 Sejarah dari Frase......................................................................................9
1.2
Pengertian Frase
1.3 Jenis-jenis dari Frase
1.4 Contoh dari Frase
BAB III (PENUTUP)....................................................................................................
13
a.Kesimpulan.................................................................................................................. 13
b.Saran............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ketika kita mempelajari bahasa Indonesia di
SMP dan SMA, kita pasti pernah mempelajari frase menurut Oscar (Keraf dalam
Oscar, 1993:5), yaitu bagian-bagian dari kata bahasa yang mempelajari
dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kaliamt dalam suatu bahasa. Frase
dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu frase endosentrif5ft5f5aes
dan frase eksosentris. Frasa endosentris merupakan frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur-unsurnya maupun salah
satu unsurnya (Ramlan, 1986:146), sedangkan frasa eksosentris ialah frasa yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan, 1986:146).
Makalah ini akan membahas frase endosentris dan jenis-jenisnya, pengertian dari
jenis-jenis frasa tersebut, dan perluasan aposisi selain subjek akan dibahas
secara jelas.
B.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
sejarah dari Frase?
b. Apakah
pengertian dari Frase?
c. Apa
saja jenis-jenis dari frase?
C.
Tujuan
a. Dapat
mengetahui sejarah dari Frase.
b. Dapat
mengetahui pengertian dari Frase.
c. Dapat
mengetahui jenis-jenis dari Frase.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah Frase
1.2 Pengertian Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Gabungan kata baru ini tidak
membentuk makna baru. Frase lazim dikatakan sebagai satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif (hubungan antara kedua unsur
yang membentuk, frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat -objek),
atau lazim juga di sebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis
di dalam suatu kalimat. Beberapa ahli
mengatakan beberapa pengertian dari frase, yaitu:
·
Menurut Elson and Pickett 1969:73) Frase
adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau
lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
·
Menurut Ramlan frase adalah satuan
gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa ( Ramlan 1985:138). Yang
dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O, PEL, KET.
Contoh, Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri dari beberapa
fungsi yaitu, Eka menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P,
majalah menduduki fungsi O dan di ruang tamu menduduki fungsi KET.
Dari batasan
di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai sifat, yaitu:
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atauK.
c. Gabungan kata yang terbentuk tidak menimbulkan makna baru. Didalam pertuturan atau karangan,bahasa itu diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan bahasa yang disebut dengan kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri terbentuk dari satuan-satuan kata yang dirangkai-rangkaikan.Kalimat-kaliamat ini,secara teoretis,dibentuk oleh unsur subjek (s), Predikat (p), dan keterangan (k). Subjek adalah bagian dari kalimat yang merupakan pokok pembicaraan, predikat adalah bagian dari kaliamat yang memberi penjelasan mengenai mengapa,bagaimana,atau apa yang terjadi terhadap pokok pembicaraan itu,objek adalah bagian kaliamat yang memberi penjelasan terhadap kejadian yang menyangkut pokok pembicaraan,dan keterangan adalah bagian dari kalimat yang memberi penjelasan tambahan mengenai kapan,di mana,atau dalam keadaan apa peristiwa yang dialami pokok pembicaraan itu berlangsung.
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atauK.
c. Gabungan kata yang terbentuk tidak menimbulkan makna baru. Didalam pertuturan atau karangan,bahasa itu diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan bahasa yang disebut dengan kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri terbentuk dari satuan-satuan kata yang dirangkai-rangkaikan.Kalimat-kaliamat ini,secara teoretis,dibentuk oleh unsur subjek (s), Predikat (p), dan keterangan (k). Subjek adalah bagian dari kalimat yang merupakan pokok pembicaraan, predikat adalah bagian dari kaliamat yang memberi penjelasan mengenai mengapa,bagaimana,atau apa yang terjadi terhadap pokok pembicaraan itu,objek adalah bagian kaliamat yang memberi penjelasan terhadap kejadian yang menyangkut pokok pembicaraan,dan keterangan adalah bagian dari kalimat yang memberi penjelasan tambahan mengenai kapan,di mana,atau dalam keadaan apa peristiwa yang dialami pokok pembicaraan itu berlangsung.
Contoh:
Presiden
Suharto sudah meresmikan jalan tol baru itu kemaren pagi.
Subjek
Frase : Presiden Soeharto.
Predikat
Frase : Sudah meresmikan.
Objek
Frase : Jalan tol baru itu.
Keterangan
Frase: Kemarin Pagi.
1.3
Jenis-Jenis dari frase:
A. Berdasarkan
hubungan
antar unsur-unsur pembentuknya
Berdasarkan hubungan antar
unsur pembentukannya,frase dibedakan menjadi beberapa klasifikasimenjadi 2
yaitu :
I. Frase
endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang
unsur-unsur pembentuknya mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya (dapat menggantikan
kedudukan frase itu secara keseluruhan). Sedangkan menurut Ramlan, frase
endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan 1985:142) .Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a.Frase endosentrik yang koordinatif,
Frase koordinat yaitu frase yang
terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan
unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung. Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase
koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak, yang secara potensial
komponennya dapat dihubungkan dengan partikel dan, ke, atau, tetapi, ataupun
konjungsi korelatif, seperti baik …maupun dan makin … makin (Zaenal Arifin dan
Junaiyah 2008:25). Kategori frase koordinatif sesuai dengan kategori
komponennya. Contoh :
a. Kaya
atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan miskin; dari, untuk, dan oleh
rakyat, untuk dan atas nama klien; pintar, tetapi congkak
b. Baik
merah maupun biru, makin pagi makin baik, suka-(tidak) suka, makin tua makin
bermutu.
Jadi, kata yang dapat digabungkan hanya kata yang
berkategori
sama, seperti merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak)
suka, dan pagi-baik.
Jika tidak menggunakan partikel, gabungan itu disebut
frase parataktis, seperti tua muda,
besar kecil, hilir mudik, keluar masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum,
ibu bapak, dan kaya miskin.
b. Frase endosentrik yang atributif, yaitu
frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Salah satu unsurnya
merupakan inti dan unsur lain menjadi keterangan. Frase ini ditandai oleh
adanya unsur yang berfungsi sebagai atribut. Inti frase disebut yang
diterangkan (D) dan atribut frase disebut yang menerangkan (M).
Misalnya: perjalanan (D) panjang
(M)
sedang (M) membaca (D)
Perjalanan’ dan ‘membaca’
merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya
merupakan atributif. Berbeda dengan endosentrik koordinatif, frase golongan ini
terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak
mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya :
- Pembangunan lima tahun
- Sekolah Inpres
- Buku baru
- Pekarangan luas
- Orang itu
- Malam
ini
Kata-kata yang dicetak miring dalam
frase-frase diatas, yaitu kata pembangunan, sekolah, buku, pekarangan, orang,
malam, merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara distribusional sama
dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur yang terpenting,
sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr). Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari
unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan.
Misalnya:
Perjalanan panjang hari libur
Catatan:
Perjalanan dan hari merupakan unsur
pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan
secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atributif.
c. Frase endosentrik yang apositif, frase yang
atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat
pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu,
dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi.
Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi.
Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan
aposisi (Ap).
2. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang semua ataupun salah satu unsurnya tidak
dapat menggantikan kedudukan frase itu secara keseluruhan. Frase eksosentrik
biasanya didahului oleh kata depan.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
B.Berdasarkan
jenis kata
yang menjadi inti pembentuknya, frase dibedakan menjadi:
1. Frase nominal, yaitu frase yang unsur intinya berupa kata benda.
Misalnya: baju baru, mobil mewah
2. Frase verbal, yaitu frase yang unsur intinya berupa kata kerja.
Misalnya: akan berlayar, sedang membaca
3. Frase numeralia (bilangan), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase adverbial (keterangan), yaitu frase yang berupa kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase adjektival (sifat), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata sifat.
Misalnya: merdu sekali, sangat mahal
6. Frase pronominal (kata ganti), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata ganti.
Misalnya: kamu sekalian,
7. Frase preposisional (kata depan), yaitu frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
1. Frase nominal, yaitu frase yang unsur intinya berupa kata benda.
Misalnya: baju baru, mobil mewah
2. Frase verbal, yaitu frase yang unsur intinya berupa kata kerja.
Misalnya: akan berlayar, sedang membaca
3. Frase numeralia (bilangan), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4. Frase adverbial (keterangan), yaitu frase yang berupa kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5. Frase adjektival (sifat), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata sifat.
Misalnya: merdu sekali, sangat mahal
6. Frase pronominal (kata ganti), yaitu frase yang unsur intinya berupa kata ganti.
Misalnya: kamu sekalian,
7. Frase preposisional (kata depan), yaitu frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
Frase Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frase yang sama yaitu frase kambing hitam.
Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam
suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna
bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata
kambing dan kata hitam. Frase yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan
berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
C.Dilihat dari kedudukan unsur yang
membentuknya ,frase dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Frase Setara
Frase
Setara adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya sama derajatnya.Yang satu
tidak tergantung pada yang lain,sehingga keduanya dapat menggantikann kedua frase itu didalam
kalimat .Umpamanya frase ayah ibu dalam kalimat.
-Ternyata
Ayah Ibu sudah tidak ada,(Frase ayah ibu dapat diganti kedudukannya
dalam kalimat itu oleh kata ayah saja atau ibu saja,sehingga menjadi :
1.Ternyata
ayah sudah tidak ada.
2.Ternyata
ibu sudah tidak ada.
2.Frase Bertingkat
Frase
bertingkat adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak sama.Unsur yang
satu kedudukannya sangat penting sehingga tidak dapat ditinggalkan,sedangkan unsur yang lain
kedudukannya hanya merupakan penjelas saja atau tambahan saja,sehingga dapat
ditinggalkan Umpamanya frase sudah mendirikan dalam kalimat.
Contoh
:Mereka sudah mendirikan koperasi
Kata
mendirikan
merupakan unsur yang penting didalam frase itu sehingga kedudukannya tidak
dapat ditinggalkan.Karena kalau di tinggalkan menjadi:
Mereka
sudah koperasi
Kalimatnya
menjadi tidak dapat diterima .Sebaliknya ,kata sudah karena merupakan
unsur penjelas saja kedudukannya dapat ditinggalkan.kalau dikatakan :
Mereka
mendirikan koperasi.
Kalimatnya
masih bisa diterima
3.Frase Terpadu
Frase
terpadu adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tiidak dapat ditangggalkan
sama sekali.Kalau salah satu unsurnya ditanggalkan ,maka kalimatnya tidak dapat
diterima .Umpamanya frase dari pasar dalam kalimat :
Contoh:
Ibu baru pulang dari pasar.
Kata
dari atau kata pasar tidak dapat
ditanggalkan,karena kalau ditanggalkan kalimatnya menjadi tidak dapat diterima.
-Ibu
baru pulang dari.
-Ibu
baru pulang pasar.
D.Dilihat dari fungsi dan jenisnya
,frase dibedakan menjadi empat yaitu :
1.Frase
Benda (FB).
Sama halnya dengan kata benda frase
benda lazimnya digunakan untuk menjadi subjek atau objek didalam
kalimat.Umpamanya frase pidato presiden
dalam kalimat berikut :
-
Kami
mendengarkan pidato presiden melalui radio.
O
-
Pidato presiden
akan disiarkan lagi oleh RRI.
S
Ada macam frase
benda,yaitu :
a. Frase Benda
setara
Frase benda setara dibentuk dari dua buah,unsur berupa dari dua buah kata
benda yang maknanya atau kedudukan kedua kata benda itu berada pada bidang yang
sama.Misalnya :
-Meja kursi
-Piring mangkuk
-Semen kapur
-Kasur bantal
-Kain baju.
Makna yang ada sbagai hasil proses penggabungannya adalah
menyatakan “himpunan” atau “kumpulan “.Oleh karena itu ,secara jelas (
eksplisit) seringkalii diantara kedua unsurnya diletakkan kata penghubung dan,sehingga
menjadi :
-Meja dan kursi
-Piring dan mangkuk
-Semen dan kapur
-Kasur dan bantal .
-Kain dan baju.
Catatan:
(1)
Frase benda
setara ini seringkali juga mempunyai makna yang lebih luas,bukan hanya makna
penjumlahan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain,melainkan meluas
menjadi semua benda yang termasuk dalamm kelompok itu.Misalnya ayam itik bukan
hanya berarti ” ayam dan itik “melaikan
berarti segenap binatang ternak,meja kursi bukan hanya bermakna” meja dan
kursi” melainkan berarti segenap perabotan rumah tangga ,begitu juga dengan kasur bantal bukan hanya
bermakna “kasur dan bantal” tetapi juga segenap perlengkapan tidur.
(2)
Frase benda
setara dapat juga dibentuk dari dua buah kata kerja atau dua buah kata
sifat.Misalnya :
-Jual
beli -Pahit
getir
-
Jatuh bangun -Jauh
dekat
-
Pulang pergi -Hitam
putih
b. Frase Benda
Bertingkat
Frase
benda bertingkat dibentuk dari buah unsur,unsur pertama berupa sebuah kata benda
yang menjadi inti frase ,yang kedudukannya tidak dapat ditanggalkan ,dan unsur
keduua dapat berupa kata benda,kata kerja kata,kata sifat,atau kata keterangan
,yang menjadi unsur penjelasan.
Inti
frase ,karena merupakan unsur yang diterangkan
,maka lazim disebut unsur yang diterangkan (disingkat D),sedang unsur
penjelas,karena merupakan unsur yang menerangkan disebut unsur menerangkan
(disingkat M) .
·
Frase Benda
Berstruktur D-M
Unsur
D selalu berupa kata-kata –kata yang menyatakan benda atau hal sedangkan unsur
M dapat berupa kata benda,kata kerja, atau kata lain. Makna yang didapat sebagai hasil penggabungan
kedua kata itu menjadi frase benda bertingkat ,antara lain ,adalah menyatakan:
Milik,asal bahan,asal kedatangan,tempat,letak,sifat,keadaan,bentuk ,ukuran,umur
,tujuan,sasaran,pelaku,bidang,bagian,alat,sudah,urutan,jenis kelamin,sikap atau
model,dan pembatasan.
Adapun
aturan pembentukannya:
(1)
Frase benda
bertingkat dapat makna “milik “ atau “kepunyaan” dibentuk dari dua buah unsur
.Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda yang merupakan benda umum,dan
kata kedua sebagai unsur M menyatakan orang atau yang diorangkan.
Contoh
:
-Sepeda
Saya
-Tas
adik
-Anak
tetangga
(2)
Frase benda
bertingkat dengan makna “bahan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama
sebagai unsur D adalah kata benda yang menyatakan benda jadianan dan kata kedua sebagai unsur M menyatakan benda
bahan.
Contoh:-Sikat
kawat
-Cincin perak
-Sate ayam
(3)
Frase benda
bertingkat dengan makna “asal kedatangan “ dibentuk dari dua buah unsur .Unsur
pertama sebagai unsur D berupa kata benda
yang menyatakan benda pada umumnya dan unsur kedua sebagai unsur M
berupa kata bbenda yang menyatakan tempat negeri,kota,wilayah,negara dan
sebagainya.
Contoh:
-mobil jepang
-Beras cianjur
-Pemuda Irian
-Salak Bali
(4)
Frase benda bertingkat dengan makna “tempat”
dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benfda
yang menyatakan tempat dan kata benda kedua sebagai unsur M adalah kata kerja
atau kata benda yang memerlukan tempat.
Contoh:
Ruang baca,kamar bedah,lapangan bola,halaman parkir.
(5)
Frase benda bertingkat
dengan makna “letak “dibentuuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur
D adalah kata benda umum dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata benda yang
menyatakan arah atau letak.
Contoh
: Kamar depan,pintu samping,alun-alun utara,dll
(6)
Frase benda
bertingakat dengan makna “Sifat” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama
sebagai uunsur D adalah kata ebbnda oranga atau yang diorangkan,dan kata kedua
sebagai unsur M adalah kata sifat yang menyatakan sikap batin,atau kata bbenda
berawalan PE- yang diebntuk dari kata sifat.
Contoh:Anak
malas,Murid bandel,pemuda berani,dan suami pemarah.
(7)
Frase benda bertingkat dengan makna “keadaan
“dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata
benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan.Contoh : Baju kotor,jalan berdebu.
(8)
Frase benda
bertingkat dengan makna bentuk dari dua
buah unsur.Unsur pertama sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua
sebagai unsur M adalah kata sifat atau kata kerja yang menyatakan bentuk.
Contoh
:besi bulan,kotak persegi,cermin cembung.
(9)
Frase benda
bertingkat dengan makna “ukuran” dibentuk dari dua buah unsur . Unsur pertama
sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah kata
sifat atau kata kerja yang menyatakan ukuran
Contoh
:Bus mini,pedagang kecil,bendungan raksasa.
(10)
Frase benda
bertingkat dengan makna “umur “ atau “usia “dibentuk dari dua buah unsur. Unsur
pertama sebagai unsur D adalah kata benda,dan kata kedua sebagai unsur M adalah
kata sifat atau kata kerja yang menyatakan usia.Contoh :peraturan baru,bangunan
kuno,barang antik.
(11)
Frase benda
bertingkat dengan makna “tujuan” dibentuk dari dua buah unsur. Unsur pertama
sebagai unsur D adalah kata benda ,dan kata kedua sebagai unsur M adalah
(a).Kata Kerja : uang jajan,mesin cuci ,sepeda balap.(b) kata benda :kapal
terbang,karet penghapus.
(12)
Frase benda
bertingkat makna “sasaran “ dibentuk dari dua buah unsur.Unsur pertama sebagai
unsur D adalah kata benda berimbuhan gabung PE-AN ,sedang kata kedua sebagai
unsur M adalah kata benda umum.Contoh :pelebaran jalan,pelestarian
alam,prluasan taman,pembangunan masjid.
(13)
Frase benda
bertingkat dengan makna “pelaku” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama
sebagai unsur D adalah kata benda berakhiran- AN ,atau berimbuhan gabung PE-AN
sedangkan kata kedua sebagai unsur M adalah kata orang atau yang
diorangkan.Contoh :pukulan Thomas Americo,omelan guru,penjajahan Belanda.
(14)
Frase benda
beringkat dengan makna “bidang atau “spesialisasi” dibentuk dari dua buah unsur
.Unsur pertama sebagi unsur D adalah kata benda orang,sedangkan kata kedua
sebagai unsur M adalah: (a)Kata benda yang menyatakan bidang kegiatan ,contoh:
dokter hewan,guru matematika.(b) kata kerja tertentu, contoh pelatih renang
,guru menggambar,tukang jahit.
2.Frase benda
berstruktur M-D
Pada frase ini kata yang menjadi unsur M berada di muka
kata yang menjadi unsur D-nya.Unsur D selalu berupa kata benda ,sedangkan unsur
M dapat berupa kata bilangan ,kata ingkar,atau kata pembatas.Makna yang didapat
sebagai hhasil dari penggabungan kedua katta itu menjadi sebuah frase benda
bbertingkat adalah :jumlah,himpunan,ingkar,dan pembatas.Adapun aturan
pembentukannya adalah :
a.Frase benda
bertingkat dengan makna “jumlah dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama
sebagai unsur M adalah kata benda (biasanya dilengkapi dengan kata bantu
bilangannya) ,sedangkan kata kedua yang menjadi unsur D adalah kata benda.
Contoh:
Dua buah mangga,tiga
orang wartawan,seekor onta.
b.Frase benda bertingkat
dengan makna “himpunan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur pertama sebagai
unsur M adalah kata bilangan bertingkat ,sedangkan kata kedua yang menjadi
unsur D adalah kata benda.
Contoh:
Kelima orang anak (itu),kedua pencuri (itu),keempat batang bambu (itu).
c.Frase benda
bertingkat dengan makna “ingkar” dibbentuk dari dua buahh unsur .Unsur pertama
ebagai unsur M adalah kata keterangan ingakar bukan, sedangkan kata kedua sebagai unsur D adalah kata benda.
Contoh:bukan
wartawan,bukan meja tulis,bukan kakak.
d.Frase benda
bertingkat dengan makana “pembatasan” dibentuk dari dua buah unsur .Unsur
pertama sebagai M adalah kata keterangan pembatasan hanya atau cuma,sedangkan kata kedua sebagai unsur D adalah kata
benda.
Contoh:hanya
air putih,Cuma seekor kucing,hanya dia.
Frase benda dengan
makna “pembatasan” ini seringkali diberi keterangan pembatas pula
dibelakang frase tersebut ,misalnya
:hanya dia saja,hanya air putih saja,Cuma seekor kucing saja.
1.4. CIRI-CIRI FRASA.
Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :
1. Terbentuk atas dua kata atau
lebih dalam pembentukannya.
2. Menduduki fungsi gramatikal
dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan
makna gramatikal.
4. Bersifat Non-predikatif.
5. Konstistuen frasa adalh kata
(bukan morfen).
6. Hanya menduduki atau mengisi
satu fungsi.
7. Merupakan konstituen klausa.
8. Bagian-bagian frasa tidak
boleh ditukar atau dibalik susunannya.
9. Frasa dapat diperluas dengan
tambahan kata depan, tengah, atau di belakang.
10. Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih
yang memiliki kedekatan hubungan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Frase adalah suatu kelompok
kata fungsional yang memiliki gramatikal tertentu
( S,P,O, dan K ) yang tidak berbentuk arti atau satuan
gramatikal yang secara potensial berupa gabungan kata yang terdiri daru dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan mempunyai sifat nonpredikatif.
Frase digolongkan berdasarkan persamaan distribusi dengan
unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan
atau kategori kata.
Saran
Dengan
disusunnya makalah sintaksis tentang frasa ini, penulis mengharapkan pembaca
dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui bahwa sintaksis
itu hubungannya erat dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari.Untuk
mengetahui lebuh jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan
sintaksis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai
pengarang, karena penulis hanya membahas garis besar saja tentang sintaksis dan
henya membahas lebih dalam tentang frasa.
Disini penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,
Henry Guntur. 1984. Pengajaran Sintaksis.
Bandung: PT Angkasa
Chaer,Abdul.2006.Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta
:Rineka Cipta Ramlan, M. 1985. Sintaksis.
Yogyakarta: C.V. Karyono
Kridalaksana, Harimurti, 1986. Kelas
kata dalam bahasa Indonesia .Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
ConversionConversion EmoticonEmoticon