RESUME
MATERI PENGANTAR MANAJEMEN
Ditujukan
sebagai UAS mata kuliah
pengantar
manajemen
Disusun
oleh
Dede tri nopran
NIM:1416132002
Dosen pembimbing
John
Hendri, S.Kom., MM
PRODI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2015
BAB 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN
Didalam konsep dasar manajemen, seorang
manajer ditugaskan untuk mengatur segala sesuatunya, agar bisa mencapai tujuan
yang diinginkan oleh perusahaan. Prinsip
manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak
boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan
agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes,
yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang sangat diperlukan dalam suatu organisasi
adalah efektifitas dan efisiensi, sehingga pekerjaanyang dilakukan tidak
sia-sia dan perusahaan tidak dirugikan, Pembagian
kerja yang berimbang Pemberian kewenangan
dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas Disiplin, Kesatuan perintah
Kesatuan arah merupakan prinsip-prinsip manajemen yang harus dijalankan.
Jadi dapat dikatakan bahwa konsep manajemen yang
sesungguhnya bukan hanya sebagai pengatur semata, akan tetapi Manajemen
merupakan ilmu atau seni, yang dikombinasikan. Kombinasi ini tidak dalam
proporsi yang tetap tetapi dalam proporsi yang bermacam-macam. Pada umumnya
para manajer efektif menggunakan pendekatan ilmiah dalam pembuatan keputusan
dilain pihak dalam banyak hal seorang manajer juga harus menggunakan pendekatan
artistik(seni).
Dalam konsep manajemen kita jug harus
mengetahui fungsi-fungsi dari manajemen itu sendiri, diantaranya yaitu:
Fungsi-fungsi manajemen
1)
Fungsi perencanaan
2)
Fungsi pengorganisasian
3)
Fungsi directing(pengarahan)
4)
Fungsi pengkoordinasi
5)
Fungsi pengawasan
BAB II
PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN
Seperti halnya ilmu-ilmu lain yang ada,
manajemen juga mengalami perkembangan dari masa ke masa, dari tahun ke tahun,
dimulai dari manajemen yang bersifat klasik sampai ke manajemen moderen. Karena
manajemen tidak bisa lepas dari
Terdapat tiga aliran pemikiran manajemen yang
ada, yaitu: aliran klasik( manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik),
aliran hubungan manusiawi, dan aliran manajemen moderen.
A. Aliran manajemen klasik
Aliran ini terbagi menjadi dua cabang yaitu
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik.
1)
Manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor (1856-1915). Frederick Winslow Taylor adalahtokohyang mengembangkan scientific management (manajemen ilmiah). Taylor adalah
tokoh peletak prinsip dasar manajemen ilmiah. F.W. Taylor, yang diberi julukan
sebagai “The Father of Scientific Management”,menuangkan
gagasan-gagasannya kedalam sebuah buku yang berjudul Scientific Management.
Harrington Emerson (1853-1931). Pemborosan dan efisiensi adalah
masalah-masalah yang dilihat Emerson sebagai penyakit sistem industri. Oleh
sebab itu Emerson mengemukakan dua belas prinsip-prinsip efisiensi yang secara
ringkas adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Tujuan-tujuan dirumuskan dengan
jelas.
b) yang dilakukan masuk akal.
c) Adanya staf yang cakap.
d) Disiplin.
e) Balas jasa yang adil.
f) Laporan-laporan yang terpercaya, segera,
akurat dan ajeg – sistem informasi dan akuntansi.
g) Pemberian perintah, perencanaan dan
pengurutan kerja.
h) Adanya standar-standar dan schedule, metoda
dan waktu setiap kegiatan.
i)
Kondisi
yang distandarisasi.
j)
Operasi
yang distandarisasi.
k) Instruksi-instruksi praktis tertulis yang
standard.
l)
Balas
jasa efisiensi – rencana insentif.
Tokoh-tokoh ahli manajemen, seperti Frank
Gilberth dan Lillian Gilberth. Frank Gilberth, seorang pelopor pengembangan
studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami
Taylor.
2)
Teori organisasi klasik
Henry Fayol (1841-1925). seorang industrialis Perancis. ia Mengadakan penyelidikan-penyelidikan
pada tingkat atas, yaitu pimpinan atau manajer. Penemu tipe organisasi lini
atau jalur. Bukunya yang terkenal adalah Administration
Industrielle et Generale(General and Industrial Management). Ia digelari Bapak Ilmu Administrasi.
Beberapa penemuannya di bidang manajemen ialah pembagian kerja dalam suatu
kegiatan perusahaan, kualitas yang harus dipunyai oleh seorang manajer dan
pegawai, 14 prinsip umum manajemen, dan elemen-elemen manajemen.
Ia membagi operasi perusahaan kedalam 6 kelompok kegiatan yaitu: Kegiatan teknikal;
Kegiatan komersial; Kegiatan finansial; Kegiatan keamanan; Kegiatan akuntansi;
Kegiatan manajerial. Keenam hal tersebut saling berkaitan anatara satu dengan
lainnya.
Untuk melaksanakan setiap kegiatan
sebagaimana tersebut diatas diperlukan tenaga-tenaga yang akan memimpin dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan supaya tujuan betul-betul dapat dicapai secara
efektif dan efisien, Kualitas yang
diperlukan adalah :Kualitas fisik; Kualitas mental; Kualitas moral; Kualitas
pendidikan; dan Kualitas pengalaman.
B. Aliran hubungan manusiawi
Aliran hubungan manusiawi (aliran periaku
atau neoklasik) berkembang karena ketidakpuasan bahwa yang dikemukakan aliran
klasik dipandang tidak benar-benar membantu pencapaian efisiensi produksi dan
keharmonisan kerja. Tokoh-tokoh dalam aliran ini yang utama adalah Hugo
Munsterberg (1863-1916) dan Elton Mayo (1880-1949).
rasional (manusia hanya dapat dimotivasi dengan
pemenuhan kebutuhan ekonomis) diganti dengan konsep manusia sosial (manusia dapat dimotivasi dengan
pemenuhan kebutuhan melalui
hubungan kerja.
C. Aliran manajemen moderen
Aliran manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur
yang pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal
sebagai perilaku organisasi, dan yang lain ibangun atas dasar manajemen ilmiah,
dikenal sebagai aliran kuantitatif, yaitu operation research dan manajemen
science atau manajemen operasi.
Disebut aliran kuantitatif karena aliran ini berpendapat
bahwa persoalan-persoalan manajemen bisa dipecahkan dengan menggunakan
teknik-teknik kuantitatif (dengan menggunakan bantuan statistik dan matematik).
BAB 3
MANAGER DAN MANAJEMEN
A. Manajer Sebagai Pelaksana
Manajemen
1. Peran Manajer
Dalam Organisasi
Manager adalah orang melakukan kegiatan
manajemen,yaitu yang bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan
kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota dari
organisasi.sedangkan tugasnya adalah untuk memastikan ,mewujudkan agar tugas
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien melalui serangkaian
kegiatan manajemenManajer pada dasarnya adalah subjek dari kegiatan
manajemen. Artinya, manajer adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Lebih lengkap lagi manajer adalah individu yang bertanggung jawab secara
langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama
para anggota dari organisasi. Dalam setiap organisasi bisnis, para manajer ini bertugas
memastikan bahwa keseluruhan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi dapat
diwujudkan melalui rangkaian kegiatan manajemen, baik yang bersifat fungsional
maupun bersifat operasional.
2. Keahlian-keahlian
Manajemen
Keahlian-keahlian tersebut meliputi
seabgai berikut:
a) Keahlian
teknis (technical skills) yaitu keahlian yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan spesifik tertentu, seperti mengoperasikan komputer, mendesain
bangunan, membuat layout perusahaan dan lain sebagainya.
b) Keahlian
berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (human relation skills) yaitu
keahlian dalam memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai jenis orang di
masyarakat.
c) Keahlian
konseptual (conceptual skills) yaitu keahlian dalam bepikir secara abstrak,
sistematis, termasuk di dalamnya mendiagnosa dan menganalisis berbagai maslah
dalam situasi yang berbeda-beda, bahkan keahlian untuk mmeprediksi di masa yang
akan datang.
d) Keahlian
dalm pengambilan keputusan (decision making skills) yaitu keahlian untuk
mengidentifikasi masalah sekaligus menaarkan berbagai alternative solusi atas
permasalahan yang dihadapi.
e) Keahlian
dalam mengelola waktu (time management skills), yaitu keahlian dalam
memanfaatkan waktu secara efeektif dan efisien.
f) Beberapa
keahlian lain saat ini juga menjadi keahlian yang diperlukan dalam manajemen
atau pengelolaan bisnis, terutama jika dikaitkan dengan persaingan bisnis
global.
Tingkatan-tingkatan Manajemen
Tingkatan-tingkatan manajemen
tersebut meliputi:
a) Manajemen
tingkat puncak atau Top Management, yang biasanya terdiri dari direktur utama,
presiden direktur, atau wakil direktur.
b) Menejemen
tingkat menengah atau Middle management, yang biasanya terdiri dari para
menejer, kepala divisi atau departemen, atau kepala cabang.
c) Manajemen
supervisi atau tingkat pertama atau supervisory or First line Management, yang
biasanya terdiri para supervisi, ketua kelompok dan lain sebagainya.
d) Manajemen
Nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, yang biasanya terdiri dari para
tenaga kerja tingkat bawah pada umumnya seperti buruh, pekerja bangunan, dan
lain-lain. Keahlian terutama yang perlu dimiliki dalam level ini adalah
keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu.
3. Manajemen
Sebagai Seni Dan Sains
Orang yang menguasai pengetahuan
manajemen belum tentu memiliki pengalaman atau mampu untuk menjalankan kegiatan
manajemen dalam praktik. Sebaliknya pula, mereka yang telah berpengalaman dalam
kegiatan manajemen secara praktik, belum tentu mengerti akan kerangka teoritis
atau pengetahuan menegnai kegiatan manajemen yang telah dilakukannya. Yang
terbaik tentu saja jika kedua-duanya dapat dipadukan, seseorang yang banyak
mengetahui dan menguasai pengetahuan mengenai manajemen sebaiknya mengimbangi
pengetahuannya secara teoritis dengan pengalaman melalui praktik di dunia
nyata, misalnya dalam dunia organisasi.
4. Manajemen Seni
atau Sains?
Berdasarkan pengertian diatas, maka
sering didapati pertanyaan apakah manajemen itu seni ataukah sains? Seni di
satu sisi bersifat dinamis, tidak berpola tunggal, dan menuntut adannya
kreativitas dan keterlibatan di dalamnya. Sedangkan disisi lain sanis cenderung
bersifat statis, berpola tunggal berdasarkan pembuktian ilmiah, dan menuntut
adanya tahapan-tahapan yang sistematis.
Tanggung jawab Sosial Manajer
Tanggung jawab sosial berarti bahwa
manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi didalam pembuatan
keputusannya. Tanggung jawab sosial perusahan ini merupakan salah satu tugas yang
harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahan, karena aspek ini
merupakan syarat utama bagi berhasilnya perusahaan, terutama untuk jangka
panjang. Etika berkenaan dengan pendapat tenatng benar dan salah, lebih khusus
dengan kewajiban moral seseorang pada masyarakat. Etika ini merupakan sistem
ungkapan-ungkapan yang menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap manusia
terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dalam hidupnya. Bagaimanapun
jugga etika manajer akan sangat mempengaruhi keutusan–keputusan dan
kegiatan-kegiatan organisasi. Tentunya etika manajer harus mendasarkan diri
pada nilai-nilai atau standar moral yang diangap baik dan luhur dalam suatu
lingkungan atau masyarakat.
Ada lima
faktor yang mempengaruhi keputusan-keputusan pada masalah etika, yaitu:
a. Hukum
b. Peraturan-peraturan
pemerintah
c. Kode etik
indutstri dan perusahaan
d. Tekanan-tekanan
sosial dan
e. Tegangan
antara setandar perorangan dan kebutuhan organisasi.
Faktor-faktor ini mempengaruhi etka
manajer dengan tingkatan dan pada bidang-bidang fungsi yang
berbeda-beda.
BAB 5
Pengorganisasian dan struktur organisasi
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan
merupakan sustu proses yangg dinamis, sedankan oranisasi merupakan alat atau
wadah yang statis. Pengorganisasian dapat diartikan penentuan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan
membag-bagikan pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan
departemen-departemen (subsistem) serta penetuan hubungan-hubungan. organizing merupakan
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber dayasumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur
organisasi adalah departementalisasi
dan pembagian kerja.
Departementalisasi merupakan pengelompokan
kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatanyang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada
struktur formal suatu organisasi, dan tampak
atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi.
Departementalisasi merupakan
proses penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan bertanggung jawab dalam melakukan bermacam jenis pekerjaan yang telah
dikategorikan berdasarkan faktor-faktor tertentu.
fungsi (functional departmentalization). Berdasarkan pendekatan ini, proses
departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. product departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan
bagian-bagian dalam organisasi
ditentukan berdasarkan jenis produk yang
dibuat oleh organisasi. berdasarkan pelanggan, Berdasarkan
pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan dari organisasi. Berdasarkan faktor geografis. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan
bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis di mana organisasi beroperasi. pendekatan
matriks. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan proses departementalisasi yang menggabungkan
antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lain.
Setiap pendekatan tentunya memiliki berbagai kelebihan sekaligus keterbatasannya. Pendekatan fungsional
misalnya, memberikan kemudahan bagi organisasi untuk membagi-bagi pekerjaan berdasarkan
fungsi-fungsi yang harus dilakukan dalam organisasi bisnis. Namun di sisi lain,
pendekatan fungsional agak menyulitkan organisasi ketika misalnya terdapat perbedaan kepentingan antarbagian yang berbeda. Bagian Pemasaran yang bermaksud untuk
menaikkan biaya promosi misalnya dapat konflik dengan bagian Keuangan, atau juga dengan bagian SDM yang menerima tuntutan pegawai untuk kenaikan
gaji. Kelemahan dari pendekatan fungsional ini bisa diselesaikan dengan
pendekatan produk misalnya. Di setiap produk misalnya terdapat berbagai subbagian fungsional seperti Pemasaran, Produksi,
dan lain-lain yang dengan demikian konflik antarbagian dapat dihindari. Namun,
pendekatan ini juga belum tentu sesuai ketika misalnya organisasi
memiliki cabang-cabang di berbagai daerah, atau organisasi tersebut bukan berupa organisasi bisnis. Bagi
organisasi nonprofit misalnya,
pendekatan berdasarkan produk belum
tentu cocok, dan cenderung justru tidak efektif.
Sebagai kesimpulan setiap
pendekatan memiliki keterbatasan sekaligus kelebihannya. Oleh karena itu
penggunaannya juga sangat situasional dengan berbagai faktor yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi.
Pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam
organisasi bertanggung jawab untuk dap melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Tujuan suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan di mana individu-individu
tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau
lebih orang yang bekerja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai basil lebih daripada dilakukan perseorangan. Konsep ini disebut synergy. Tiang dasar pengorganisisian
adalah prinsip pembagian kerja yang memurigkinkan synergy terjadi.
Pelaksanaan
proses pengorganisasian yang sukses,
akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya.
Hemy G. Hodges mengemukakan bentuk bagan organisasi, yaitu
1.
Bentuk
piramid. Bentuk ini yang
paling banyak digunakan, karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
2.
Bentuk
vertikal. Bentuk vertikal agak menyerupai
bentuk piramid, yaitu dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas
"_ bawah, hanya bagan vertikal
berwujud tegak sepenuhnya. men
3.
Bentuk
horizontal. digambarkan
dariakiri Aliran ke
kanan. jsatu Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara abatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkaran jarang sekali digunakan
dalam praktek.
Salah satu keuntungan bagan
organisasi adalah bahwa karyawan dan lain-lain diberi gambaran bagaimana
organisasi disusun. Manajer, bawahan dan tang_ gung jawab digambarkan dengan
jelas. Bila seseorang dibutuhkan untuk menangani suatu masalah khusus, bagan
menunjukkan tempat di mana orang itu dapat ditemukan. Proses pembuatan bagan
juga memungkinkan manajer mengetahui dengan tepat kelemahan-kelemahan
organisasi, seperti sumber-sumber potensial terjadinya konflik atau
bidang-bidang di mana duplikasi yang tidak diperlukan terjadi.
Kelemahan atau kekurangan utama bagan adalah
masih banyak hal-hal yang tidak jelas atau tidak ditunjukkan. Bagan, sebagai
contoh, tidak menunjukkan seberapa besar tingkat wewenang dan tanggung jawab
setiap tingkatan manajerial. Bagan juga tidak menunjukkan hubungan-hubungan
informal dan saluran komunikasi, di mana organisasi tidak dapat berfungsi
secara efisien tanpa hal-hal itu.
Struktur organisasi formal
dan non formal
Struktur organisasi formal adalah organisasi yang
dibentuk secara sadar dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula, yang
diatur dengan ketentuan-ketentuan formal, dalam anggararan dasar dan anggaran
rumah tangganya. Hubungan-hubungan yang terjadi didalamnya adalah hubungan jabatan sebagaimana diatur dalam
ketentuan-ketentuan tertulis. Ikatan-ikatan yang yang terdapat dalam organisasi
adalah kegiatan formal. Struktur organisasi yang dihasilkan
melalui keseluruhan proses tersebut kerap dikenal sebagai struktur organisasi
formal. . Struktur
organisasi formal inilah yang dijadikan panduan bagi seluruh anggota organisasi untuk melakukan berbagai hal dalam upaya
pencapaian tujuan.
Organisasi informal adalah organisasi yang dibentuk
tanpa disadari sepenuhnya, tujuannya juga tidak jelas, angaran dasar dan
anggaran rumah tanganya juga tidak ada, hubungan-hubungan terjalin secara
pribadi saja. beberapa
bagian atau para pekerja sering kali mengelompokkan diri tidak hanya
berdasarkan fungsi yang harus
dilaksanakannya sesuai dengan struktur organisasi yang telah dibuat, akan tetapi juga dapat mengelompokkan diri berdasarkan kesamaan tuntutan, hobi, dan lain sebagainya.
Seorang manajer yang baik akan tetap memerhatikan dan mengakomodasi berbagai
karakteristik pekerjanya termasuk dengan adanya fenomena organisasi informal tersebut. Dalam kondisi tertentu,
organisasi informal
tersebut dapat membantu manajer dalam mencapai tujuan organisasi. Namun, jika
tuntutan organisasi informal ternyata tidak diakomodasi dengan baik, organisasi
informal ini akan menyebabkan konflik internal yang akan menghambat pencapaian tujuan organisasi.
BAB 6
Kekuasaan, Kewenangan,
Tanggung Jawab, dan Delegasi
Setiap
bagian dalam suatu organisasi memiliki kekuasaan, kewenangan, serta tanggung jawab. Ketika kekuasaan, kewenangan, serta
tanggung jawab tidak dapat sepenuhnya
dipegang oleh seseorang, maka dapat melakukan pendelegasian wewenang, sehingga ketiga
hal yang tidak dapat dihandle sekaligus, tetap bisa dijalankan dengan cara
tersebut.
1.
KEKUASAAN (POWER)
Kebanyakan kekuasaan berimage negatif jika dikaitkan
dengan isu politik. Padahal dalam
pengertian yang paling sederhana, kekuasaan berarti
suatu kemampuan untuk memengaruhi orang atau merubah orang atau
situasi. Jika perubahan pada orang atau
situasi adalah perubahan yang baik, tentunya power
tersebut memberikan pandangan yang positif bahkan sangat diperlukan. image
negatif dari kekuasaan sering kali muncul
dikarenakan terdapat berbagai kasus di mana seseorang atau sebuah organisasi yang diberi kekuasaan tidak
menggunakannya untuk hal yang positif.
-
Faktor yang Mendasari Adanya Kekuasaan
Menurut
French dan Raven, sebagaimana dikutip oleh Stoner,
Freeman dan Gilbert (1995),
terdapat lima faktor yang mendasari lahirnya sebuah kekuasaan(sources of power).
Kelima faktor tersebut adalah reward power, coercive power, legitimate power, expert power, dan referent power.
sisi
negatif dan sisi positif dari kekuasaan. Sisi negatif mengandung
arti bahwa memiliki kekuasaan berarti
menguasai orang lain yang lebih lemah.
Sisi positif kekuasaan ditandai
dengan perhatian pada pencapaian
tujuan kelompok.
2.
KEWENANGAN (AUTHORITY)
Kewenangan atau authority pada dasarnya merupakan bentuk lain dari
kekuasaan yang sering kali dipergunakan
dalam sebuah organisasi. Kewenangan
merupakan kekuasaan formal atau
terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang yang ditunjuk atau dipilih untuk memimpin suatu organisasi, bagian,
atau departemen memiliki kewenangan atau
kekuasaan yang terlegitimasi. Seseorang
yang ditunjuk untuk
menjadi manajer personalia dengan sendirinya terlegitimasi untuk
memiliki kewenangan dalam mengatur berbagai hal yang terkait dengan sumber daya
manusia atau orang-orang yang
terdapat di dalam organisasi.
Tabel
Batasan-batasan internal dan eksternal untuk wewenang dan
kekuasaan
Keluasan
wewenang dan kekuasan. Semua anggota
organisasi mempunyai peraturan,
kode etik, atau batasan-batasan tertentu pada wewenangnya, seperti yang ditunjukkan
dalam tabel berikut ini:
Lingkupan
wewenang dan kekuasaan manajerial ini akan semakin luas pada manajemen puncak suatu
organisasi
dan semakin menyempit pada tingkatan yang lebih
rendah dari rantai komando, seperti
terlihat pada gambar diatas.
Tanggung
jawab dan akuntabilitas. Tanggung jawab
(responsibility) adalah
kewajiban untuk melakukan sesuatu yang
timbul bila seorang bawahan
menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan tugas atau fungsi tertentu. Istilah lain yang sering digunakan
adalah akuntabilitas (accountability) yang
berkenaan dengan kenyataan bahwa bawahan akan selalu
diminta pertanggungjawabannya atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya.
Jadi,
tidak seperti tanggung jawab, akuntabilitas adalah faktor di luar individu dan
perasaan pribadinya. Pemegang akuntabilitas berarti bahwa seseorang atasan
dapat memberlakukan hukuman atau balas jasa kepadanya tergantung
bagaimana dia sebagai bawahan telah menjalankan tanggung jawabnya.
Persamaan wewenang dan tanggung
jawab. Salah satu prinsip organisasi penting adalah bahwa individu-individu
seharusnya diberi wewenang untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Sebagai
contoh, bila tanggung jawab seorang
manajer adalah mempertahankan kapasitas produksi tertentu, maka dia harus diberi kebebasan secukupnya untuk membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi
kapasitas produksi.
Persamaan tanggung jawab dan
wewenang tersebut adalah baik dalam teori, tetapi sukar dicapai. Terjadi banyak
pertentangan pendapat dalam masalah ini. Secara ringkas dapat disimpulkan, wewenang dan tanggung jawab adalah
sama dalam jangka
panjang (in the long run). Dalam jangka pendek (in the short run), bagaimanapun juga, tanggung jawab seorang manajer hampir selalu
lebih besar dari wewenangnya, karena ini merupakan ciri delegasi.
Pengaruh. Pengaruh (influence) adalah suatu transaksi sosial di mana seseorang atau kelompok dibujuk oleh
seseorang atau kelompok lain untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi. Pengaruh tercermin pada perubahan
perilaku atau sikap yang diakibatkan secara langsung dari
tindakan atau keteladanan orang atau kelompok lain. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan mengawasi dan menghukum, pemilikan
informasi lebih
lengkap, ataupun penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik. Proses pengaruh tergantung pada tiga unsur, yaitu pihak yang mempengaruhi, metoda mempengaruhi
dan pihak yang dipengaruhi.
3.
DELEGASI WEWENANG
Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan
tertentu. Delegasi wewenang adalah
proses di mana para manajer mengalokasikan
wewenang
ke bawah kepada orang-orang yang melapor
kepadanya. Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan :
a.
Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
b.
Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau tugas.
c. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit,
menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
d.
Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.
Efektivitas delegasi merupakan
faktor utama yang membedakan manajer sukses dan manajer tidak sukses.Ada beberapa alasan mengapa perlu pendelegasian.
Pertama, pendelegasian memungkinkan
manajer dapat mencapai lebih dari bila mereka
menangani setiap tugas sendiri. Delegasi wewenang dari atasan ke bawahan merupakan proses yang
diperlukan agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien. Delegasi juga
memungkinkan manajer memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas
yang lebih penting. Di lain pihak, delegasi memungkinkan bawahan untuk turmbuh
dan berkembang, bahkan dapat digunakan
sebagai alat untuk belajar dari kesalahan.
Delegasi dibutuhkan karena
manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan.
Mereka mungkin menguasai "the
big picture" tetapi tidak cukup mengerti
tentang masalah lebih terperinci. agar organisasi dapat menggunakan sumberdaya lebih efisien maka pelaksanaan tugas-tugas tertentu didelegasikan
kepada tingkatan organisasi yang serendah
mungkin di mana terdapat cukup kemampuan
dan informasi untuk menyelesaikannya.
-
SENTRALISASI dan DESENTRALISASI
Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada tingkatan atas suatu organisasi.
sedangkan Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan
dan pembuatan keputusan ketingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.
Keuntungan-keuntungan
desentralisasi adalah sama dengan keuntungan-keuntungan delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak, memperbaiki pembuatan keputusan karena
dilakukan dekat dengan permasalahan,
meningkatkan latihan, moral dan
inisiatif manajemen bawah, dan
membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan keputusan. Keuntungan-keuntungan ini tidak berarti bahwa desentralisasi "baik" dan
sentralisasi "jelek", karena tidak ada organisasi yang sepenuhnya
dapat disentralisasi atau di desentralisasi. Oleh sebab itu,
pertanyaarnya adalah bukan apakah organisasi harus
didesentralisasi, tetapi sampai seberapa jauh desentralisasi perlu dilakukan.
BAB 7
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
1.
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia
dapat diartikan sebagai penataan dan pengembangan manusia yaitu karyawan. Dikaenakan manajemen sumber
daya manusia peran nya begitu penting didalam kemajuan dan perkembangan suatu
perusahaan. bagian yang bertanggung jawab dan berfungsi mengelola urusan sumber
daya manusia ini adalah bagian sumber daya
manusia, atau biasanya lebih dikenal dengan
bagian personalia. Adapun untuk perusahaan kecil-kecilan yang jurnlah sumber daya manusianya di bawah 10 orang-seperti
home industry, bisnis warung, dan sebagainya-biasanya pengelolaan
sumber daya manusia ini langsung
ditangani oleh sang direktur atau manajer atau bosnya.
Pada dasarnya fungsi bagian personalia adalah
merencanakan konsep perekrutan, pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang diperlukan oleh perusahaan. Kebijakan-kebijakan yang menyangkut peraturan tenaga kerja, kualifikasi perekrutan, pengembangan
karier dari mulai pengiriman tenaga kerja untuk mengikuti pelatihan-pelatihan hingga melanjutkan
studi, program insentif maupun bonus bagi tenaga kerja, dan lain-lainnya
merupakan fungsi utama dari bagian personalia ini.
Setiap tenaga kerja tahu dan
mampu memilih, menganalisa serta melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam
kaitannya dengan fungsinya di dalam perusahaan dan kaitannya dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Sedangkan efisien di sini dimaksudkan sebagai tenaga kerja yang mampu
untuk melakukan sesuatu dengan benar (doing things right). Artinya, setelah tenaga kerja memahami dan mampu
mengetahui apa yang semestinya dilakukan, namun juga tenaga kerja mampu melakukannya dengan benar. Berdasarkan konsep ini, maka kunci pokok manajemen
sumber daya manusia adalah how to find or
get the best person, and how to maintain it. Bagaimana kita mendapatkan orang
yang tepat untuk pekerjaan yang tersedia dalam organisasi bisnis kita, dan
bagaimana kita dapat memelihara dan mempertahankannya. Bagaimana mendapatkan
dan memelihara orang yang tepat bagi
bisnis yang sedang kita jalankan memerlukan proses dari mulai merencanakan, mendapatkan hingga
memelihara orang yang tepat tersebut. Secara mekanis, maka keseluruhan proses tersebut dinamakan dengan proses
manajemen sumber daya manusia.
2.
Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Organisasi
Peranan sumber daya manusia dalam
perusahaan memiliki peran serta fungsi yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi perusahaan. Sumber daya
manusia di sini mencakup keseluruhan manusia yang ada
di dalam organisasi perusahaan, yaitu
mereka yang secara keseluruhan
terlibat dalam operasionalisasi bisnis
perusahaan, dari level yang paling bawah, seperti satpam, pekerja di bagian pemrosesan barang tmtuk jenis perusahaan produksi, atau juga tenaga penjual
langsung (direct seller) yang direkrut perusahaan hingga ke posisi direktur
utama (Chief Executif Officer)
yang menempati level
teratas dalam bisnis perusahaan. Sekalipun berbeda level, akan tetapi kesemua sumber daya manusia
tersebut merniliki peran yang sarna dan
signifikan bagi tercapai tidaknya
tujuan dari perusahaan. Pengabaian terhadap salah satu bagian dari sumber daya
manusia tersebut akan berimplikasi serius terhadap terhambatnya pencapaian tujuan perusahaan. Pengertian ini mencakup
dari mulai memilih siapa saja yang pantas
untuk memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan, perusahaan hingga bagaimana
agar kualifikasi ini dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan serta dikembangkan dari waktu ke waktu. Oleh karena manajemen sumber
daya manusia ini merupakan proses yang berkelanjutan,
sejalan dengan proses operasionalisasi perusahaan,
maka perhatian terhadap sumber daya manusia ini memiliki tempat yang khusus
dalam organisasi perusahaan. Dalam struktur organisasi perusahaan, di antara faktor yang
perlu mendapat perhatian khusus dari
para manajer adalah manajemen sumber
daya manusia. Setelah struktur organisasi didesain, kemudian setelah kewenangan
dan tanggung jawab disusun, dan pekerjaan ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menentukan dan menempatkan sumber
daya manusia yang sesuai untuk setiap bagian dalam organisasi.
3.
PROSES MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Yang dimaksud dengan proses manajemen sumber daya
manusia adalah segala proses yang
berkaitan dengan upaya yang dilakukan dari mulai perencanaan sumber daya manusia, perekrutan,
penandatanganan kontrak kerja, penempatan tenaga kerja, hingga pembinaan dan pengembangan
tenaga kerja guna menempatkan dan tetap memelihara tenaga kerja pada posisi~dan kualifikasi
tertentu serta bertanggung jawab sesuai dengan persyaratan yang diberikan kepada tenaga kerja
tersebut.
Secara garis besar proses manajemen SDM dibagi ke
dalam lima bagian fungsi utama yang terdiri dari:
1.
Human Resource Planning. Merencanakan kebutuhan dan
pemanfaatan sumber daya manusia bagi perusahaan.
2.
Personnel Procurement. Mencari dan rnend"apatkan
sumber daya manusia, termasuk di dalamnya rekrutmen, seleksi dan penempatan serta kontrak tenaga
kerja.
3.
Personnel Development. Mengembangkan sumber daya
manusia, termasuk di dalamnya program orientasi tenaga kerja,
pendidikan dan pelatihan.
4.
Personnel Maintenance. Memelihara sumber daya manusia,
termasuk di dalamnya pemberian penghargaan, insentif, jaminan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, dan lain sebagainya.
5.
Personnel Utilization. Memanfaatkan dan mengoptimalkan
sumber daya manusia, termasuk di dalamnya promosi, demosi, transfer dan juga separasi.
4.
LATIHAN DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN
Karyawan baru biasanya masih standar pendidikan, belum standar perusahaan.
Jadi, Para manajer harus mulai dengan tingkat kemampuan dan kecakapan karyawan sekarang dan atas dasar hal tersebut membuat
karyawan menjadi lebih produktif. Tujuan latihan dan
pengemb,angan karyawan adalah untuk memperbaiki
efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Peningkatan
efektivitas kerja dapat dilakukan dengan latihan (training) dan/atau
pengembangan (development). Latihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan ketrampilan-ketrampilan dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan tertentu,
terperinci dan rutin. Pengembangan
mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam pengembangan dan
peningkatan kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
Pengembangan karyawan adalah penting bagi individu
maupun organisasi, dan bahkan bagi negara. Dengan pertumbuhan
dan perkembangan organisasi, misal karena
kesempatan lingkungan, orangorang di
dalamnya juga harus dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam kenyataannya, organisasi masih selalu harus
membayar biaya pengembangan para karyawannya, walaupun organisasi tidak
mempunyai program latihan formal. Di samping pengeluaran untuk pengembangan, organisasi harus membayar "harga"
karena pemborosan, pekerjaan yang
buruk, absensi, keluhan, dan perputaran
karyawan.
Metoda-metoda
Latihan dan Pengembangan
Ada banyak metoda yang dapat digunakan bagi pengembangan
karyawan. Tetapi pada umumnya, karyawan
dikembangkan dengan metoda "on
the job" dan "off the job". Metoda-metoda
"On-the-job". Metoda-metoda "on-the-job" yang biasa digunakan adalah 1) Coaching, di mana atasan memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan rutin mereka, 2) planned
progression atau pemindahan karyawan dalam saluran-saluran yang ditentukan melalui tingkatantingkatan organisasi yang berbeda, 3) rotasi
jabatan atau pemindahan karyawan
melalui jabatan jabatan yang bermacam-macam
dan berbeda-beda, 4) penugasan sementara, di mana bawahan ditempatkan pada posisi manajemen tertentu untuk jangka waktu yang
ditetapkan, dan 5) sistem-sistem penilaian prestasi formal. Banyak
perusahaan-perusahaan besar telah memperoleh sukses dengan program-program pengembangan manajemen "on-the-job".
PEMBERIAN KOMPENSASI
KEPADA KARYAWAN
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas
jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Bagi manajemen, masalah kompensasi
karyawan mungkin merupakan masalah personalia yang membingungkan dan paling sulit. Walaupun pengupahan harus
mempunyai dasar yang logik dan dapat
dipertahankan, hal ini mencakup banyak faktor-faktor emosional dari sudut pandangan para karyawan.Kompensasi adalah sangat penting bagi karyawan
sebagai individu karena upah
merupakan suatu ukuran nilai atau karya mereka di antara para karyawan
itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tingkat
pendapatan absolut karyawan akan menentukan skala kehidupannya, dan pendapatan relatif mereka menunjukkan status,
martabat dan harganya.
Kompensasi juga penting bagi
organisasi, karena jumlah pembayaran kepada karyawan dalam bentuk pengupahan dan
balas jasa lainnya sering merupakan komponen-komponen biaya yang paling besar dan penting. Di samping
itu, kompensasi mempunyai dampak penting
terhadap perekonomian. Sumber pendapatan nasional sebagian datang dari kompensasi. Pendapatan karyawan
adalah bagian terbesar dari daya
belinya yang digunakan untuk membeli
barangbarang dan jasa jasa hasil
produksi perusahaan-perusahaan.Di dalam pemberian kompensasi manajemen perlu
memperhatikan prinsip keadilan. Para karyawan biasanya menilai keadilan pembayaran mereka melalui pembandingan besarnya
kompensasi dengan karyawan-karyawan
lain. Mereka merasa pendapatan yang mereka
terima adil atau tidak tergantung pada bagaimana mereka melihat nilai relatifnya dibanding dengan yang lain. Sebagian besar ketidak puasan karyawan diakibatkan adanya perbedaan dalam
pembayaran di antara jabatan dan
individu.
Penentuan Kompensasi
Kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
praktek-praktek manajemen ditentukan oleh interaksi dari tiga faktor, yaitu :
1. Kesediaan membayar. Adalah bukan merupakan pernyataan
yang berlebihan untuk menyatakan
bahwa para manajer sebenarnya ingin membayar upah secara adil. Oleh
sebab itu para manajer juga merasa bahwa para karyawan seharusnya melakukan pekerjaan sesuai upah yang mereka terima. Manajer perlu mendorong para karyawan untuk
meningkatkan keluaran mereka agar upah dan gaji yang lebih tinggi dapat dibayarkan.
2. Kemampuan membayar. Tanpa memperhatikan semua faktor lainnya, dalam jangka panjang
realisasi pemberian kompensasi akan tergantung pada kemampuan membayar dari
perusahaan. Seperti
ditunjukkan sebelumnya, kemampuan membayar perusahaan tergantung pada
pendapatan dan laba yang diraih,
di mana hal ini tergantung pada
produktivitas karyawan. Penurunan produktivitas karyawan dan inflasi akan
mempengaruhi pendapatan nyata karyawan.
3. Persyaratan-persyaratan pembayaran. Dalam jangka pendek,
pengupahan dan penggajian sangat tergantung pada
tekanan-tekanan eksternal dari pemerintah,
organisasi karyawan (serikat buruh)
kondisi permintaan dan penawaran tenaga kerja (collective bargaining) dan para pesaing. Sebagai
contoh, peraturan pemerintah tentang
upah minimum merupakan batas bawah tingkat upah yang akan dibayarkan.
BAB 8
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A. Peran komunikasi dalam manajemen organisasi
1.
Pengertian
komunikasi
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Komunikasi sebagai
suatu proses orang-orang yang bermaksud memberikan pengertian-pengertian
melalui pengiringan berita secara simbolis,dapat menghubungkan para anggota
berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula,sehingga
mempunyai unsur-unsur :
a. Suatu kegiatan yang membuat oarang mengerti
b. Suatu sarana pengaliran informasi
c. Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi di antara
individu-individu
Komunikasi memiliki beberapa elemen penting,yaitu :
a. Komunikasi melibatkan orang-orang,sehingga komunikasi
yang efektif terkait dengan bagaimana orang-oarang berinteraksi satu sama lain
secara efektif.
b. Komunikasi berarti terjadinya berbagai informasi atau
pemberian informasi maupun pengertian (sharing meaning)
c. Kkomunikasi melibatkan simbol-simbol yang berarti
komunikasi dapat berupa bahasa tubuh,suara,huruf,angka dan lain-lain.
2.
Proses
terjadinya komunikasi
a.
Komunikasi
orgnisasi
-
Saluran komunikasi
formal
Saluran komunikasi formal mempengaruhi efektifitas
komunikasi ada 2 cara:
1. Saluran
formal semakin melebar sesuai perkembangan dan pertumbuhan organisasi.
2. Saluran
komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar tingkat-tingkat organisasi.
B. . Struktur wewenang organisasi
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dalam
organisasi akan menentukan pihak-pihak yang berkomunikasi dengan seseorang
serta isi dan ketetapan komunikasi.
1. Spesialisasi jabatan
Biasanya akan mempermudah komunikasi kelompok-kelompok
yang berbeda.para anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung
berkomunikasi dengan istilah,tujuan,tugas,waktu dan gaya yang sama.
2. Pemilikan informasi
Yang berarti bahwa individu-individu mempunyai
informasi khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan-pekerjaan mereka.
Saluran
komunikasi dalam organisasi
Komunikasi
vertikal
Komunikasi yang terdiri atas komunikasi ke atas dan ke
bawahsesuai rantai perintah.komunikasi ke bawah,di mulai dari manajemen
puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan tingkatan manajemen sampai
karyawan lini dan personalia yang paling bawah.maksud kkomunikasi
ini adalah memberi pengarahan,informasi,instruksi,nasehat atau saran dan
penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada bawahan serta
memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan
kebijaksanaan organisasi.sedangkan fungsi komunikasi ke atas,adalah
untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen tentang apa yang terjadi
pada tingkatan bawahkomunikasi ini mencakup laporan-laporan
periodik,penjelasan,gagasan,dan permintaan untuk diberikan keputusan.
komunikasi
lateral atau horizontal
1. komunikasi di
antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama
2. komunikasi yang
terjadi antara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat
koordinatif dan memberikan hasil dari konsep spesialisasi organisasi.
Komunikasi
diagonal
Komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal
rantai perintah organisasi.
Peranan
komunikasi informal
Beberapa maksud dari komunikasi informal
1.
Pemuasan
kebutuhan-kebutuhan manusiawi
2.
Perlawanan
terhadap pengaruh-pengaruh yang membosankan
3.
Pemenuhan
keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
3.
Efektifitas
komunikasi
4.
Kesadaran
akan kebutuhan komunikasi efektif
5.
Pentingnya
komunikasi dalam suatu perusahaan besar menyebabkan perusahaan menggunakan
“ahli komunikasi”.
6.
Penggunaan
umpan balik
7.
Komunikasi
dua arah ini memungkinkan proses komunikasi berjalan lebih efektif.
8.
Pedoman
komunikasi yang baik
9.
Prinsip
komunikasi American Management Associations (AMA) :
a.
Cari
kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum di komunikasikan
b.
Teliti
tujuan yang sebenarnya setiap komunikasi
c.
Pertimbangkan
keadaan phisik dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan
d.
Konsultasi
dengan pihak-pihak lain,bila perlu dalam perencanaan komunikasi
e.
Perhatikan
takanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi.
f.
Ambil
kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu atau umpan balik.
g.
Ikuti
lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan
h.
Perhatikan
konsistensi komunikasi
i.
Tindakan
atau perbuatan harus mendorong komunikasi
j.
Jadilah
pendengar yang baik,berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk
mengerti.
komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting,
dikarenakan komunikasi merupakan hal yang paling vital didalam sebuah
perusahaan, apabila komunikasi tidak berjalan dengan baik maka akan berdampak sangat
signifikan terhadap kinerja dan perkembangan perusahaan, bahkan akibat terburuk
yang dapat diterima suatu perusahaan adalah kemunduran atau bahkan
kebrangkutan. Jadi, jangan remehkan
komunikasi, baik antara atasan dengan bawahan, atau antar sesama karyawan.
BAB 9
KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan
sebagai proses mernengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Jadi kepemimpinan adalah peran seseorang untuk
mengarahkan atau membimbing para pegawai attau karyawan untuk melakukan
tugas-tgas mereka sehingga tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi
para anggota dalam hat berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan
menjadi 2 konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa
yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di
mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari
sisi atribut, kepemimpinan adalah
kumpulan karakteristik yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu,
pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi
perilaku orang lain tanpa menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang
dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
Seperti manajemen, kepemimpinan (leadership) telah
didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda
pula. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. 1) Ada tiga implikasi penting dari deimisi tersebut :
Pertama, kepemimpinan
menyangkut orang lain - bawahan atau
pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan
status/ kedudukan pemimpin dan
membuat proses kepemimpinan dapat berjalan.
Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang manajer akan menjadi
tidak relevan.
Kedua, kepemimpinan menyangkut
suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
berbagai kegiatan para anggota
kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara
tidak langsung.
Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan
pengaruh. Dengan kata lain,
para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan
tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer
dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu,
tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan
dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat. Kepemimpinan adalah bagian
penting manajemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain
seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.
PENDEKATAN-PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan
dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional ("contingency") dalam studi tentang kepemimpinan.
Pendekatan pertama memandang
kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan
efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku
tertentu akan muncul sebagai
pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.Pemikiran dan penelitian sekarang mendasarkan pada
pendekatan ketiga, yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan
ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan
efektifitas kepemimpinan bervariasi
dengan situasi - tugas-tugas yang
dilakukan, ketrampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin. dan bawahan, dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan "contingency " pada kepemimpinan,
yang bermaksud untuk menetapkan
faktor-faktor situasional yang
menentukan seberapa besar efektifitas situasi
gaya kepemimpinan tertentu.
PENDEKATAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
Pendekatan-pendekatan kesifatan dalam kenyataannya
tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan efektif. Oleh sebab itu pendekatan perilaku tidak lagi mencoba
untuk mencari jawab sifat-sifat
pemimpin, tetapi mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif - bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana
mereka berkomunikasi dengan dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana
mereka menjalankan tugastugas, dan
sebagainya. Tidak seperti sifat-sifat, bagaimanapun juga, perilaku-perilaku
dapat dipelajari atau dikembangkan. Sehingga individu-individu dapat dilatih dengan perilaku-perilaku kepemimpinan yang tepat
agar mampu memimpin lebih efektif. Di samping itu, berbagai-penelitian juga
menunjukkan bahwa perilaku-perilaku
kepemimpinan yang sesuai dalam suatu
situasi tidak perlu harus cocok dalam
situasi lain.. Sebagai contoh, dalam perusahaan-perusahaan barang konsumsi dengan persaingan yang ketat dibutuhkan ketrampilan untuk memotivasi individu-individu secara
kreatif, yang mungkin tidak diperlukan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tingkat
spesialisasi tinggi.
Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya
pada dua aspek perilaku
kepemimpinan, yaitu fungsi fungsi dan gaya gaya kepeanmpinan. Teori-teori dan penelitian-penelitian yang paling terkenal adalah 1) Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor, 2) Studi Michigan oleh
ahli psikologi sosial Rensis Likert, 3). Kisi-kisi Manajerial dari Blake
dan Mouton, dan 4). Studi Ohio State.
FUNGSI-FUNGSI KEPEMIMPINAN
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau
identifikasi pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar
kelompok berjalan dengan efektif, seseorang
harus melaksanakan dua fungsi utama : (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas ("task-related")
atau pemecahan masalah, dan (2)
fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok ('group-maintenance") atau
sosial. Fungsi pertama menyangkut
pemberian saran penyelesaian,
informasi dan pendapat. Fungsi
kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar - persetujuan dengan kelompok lain,
penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.
GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN
Pandangan kedua memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan
bawahan. Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan orientasi tugas. dan gaya dengan orientasi karyawan. Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi
bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
Manajer dengan gaya kepemimpinan ini
lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dariPada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi
karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota
kelompok untuk melaksanakan
tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, menciptakan
suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
BAB 10
FUNGSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Kata "pengawasan"
sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan,
karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal organisasi sangat memerlukan pengawasan untuk
menjamin tercapainya tujuan. Sehingga tugas manajer adalah menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi
dan kebebasan pribadi atau mencari
tingkat pengawasan yang tepat.
Didalam manajemen perlu adanya
pengarahan yang bertuuan untuk mengarahkan para pegawai, dalam implementasi
strategi perusahaan yang diterapkan oleh para karyawan. Dalam hal ini dikenal
dengan, fungsi Controlling, Evaluating, Appraising, dan Correcting. Yang berarti yaitu mengontrol atau mengendalikan,
mengevaluasi, menilai atau mengukur, dan mengoreksi. Akan tetapi, dikarenakan fungsi manajemen
yang diperlukan tidak hanya pengawasan, namun mencakup juga penetapan standar Kinerja perusahaan, pengukuran Kinerja yang dicapai perusahaan, dan
pengambilan tindakan koreksi sekiranya standar. Kesimpulannya yaitu, fungsi pengawasan
diperlukan untuk memastikan apakah apa
yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan sebagairnana mestinya
ataukah tidak. Jika tidak berjalan dengan sernestinya, maka fungsi
pengawasan juga melakukan proscs untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar dapat tetap medcapai apa yang
telah direncanakan.
1. Pengertian dari Pengawasan
pengertian pengawasan telah dikemukakan oleh banyak penulis di bidang manajemen, di antaranya oleh Schermerhorn (2002), Schermerhorn mendefinisikan
pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran Kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
Kinerja yang telah
ditetapkan Cersebut.
2.
Tujuan dari Fungsi Pengawasan
Adaptasi Lingkungan, Tujuan pertama dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
di lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. Meminimumkan
Kegagalan, Tujuan kedua dari
fungsi pengawasan adalah untuk meminimumkan kegagalan. Ketika sebuah produksi diperusahan tidak sesuai
dengan target yang ditetapkan, maka disebut dengan kegagalan. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan fungsi
pengawasan agar kegagalankegagalan
tersebut dapat diminimumkan.Meminimumkan Biaya, Tujuan ketiga dari fungsi pengawasan adalah untuk
meminimumkan biaya. Oleh karena itu,
fungsi pengawasan melalui penetapan
standar tertentu dalam meminimumkan kegagalan dalam produksi, akan dapat meminimumkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Antisipasi
Kompleksitas Organisasi, Tujuan terakhir
dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.
Kompleksitas tersebut dari mulai pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja, hingga berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen organisasi.
Penetapan Standar dan Metode
Penilaian Kinerja
Idealnya, tujuan yang ingin dicapai organisasi bisnis
atau perusahaan sebaiknya ditetapkan dengan jelas dan lengkap pada saat perencanaan dilakukan.
`Lengkap' di sini
berarti bahwa penetapan standar sebaiknya juga dilakukan pada saat perencanaan dilakukan.
Penilaian Kinerja, Pada dasarnya penilaian Kinerja
adalah upaya untuk membandingkan Kinerja yang dicapai dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan semula.
Penilaian Kinerja merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dan terus-menerus.
Membandingkan Kinerja dengan Standar, Setelah kita menetapkan bahwa yang akan kita nilai adalah tingkat
penjualan setiap
satu tahun sekali oleh manajer penjualan, maka pada tahap ini manajer penjualan
akan melakukan perbandingan dari
apa yang telah diperoleh di bagian
penjualan dengan
standar yang telah ditetapkan.
Melakukan Tindakan Koreksi Jika Terdapat Masalah, Dari tahap sebelumnya, melalui perbandingan antara
Kinerja dengan standar, kita dapat informasi dari proses pengawasan yang kita
lakukan bahwa Kinerja berada di atas
standar, sama dengan standar, atau di bawah standar. Ketika Kinerja
berada di bawah standar berarti perusahaan mendapatkan masalah. Oleh karena itu perusahaan kemudian perlu melakukan pengendalian, yaitu dengan mencari jawaban
mengapa masalah tersebut terjadi.
3. TIPE-TIPE PENGAWASAN
Pengawasan pendahuluan (feedforward
control). Pengawasan pendahuluan, dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau
penyimpangan-penyimpangan dari standar
atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan Pengawasan ini, sering
disebut pengawasan "Ya-Tidak".screening control atau
"berhenti--terus'; dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
Pengawasan umpan balik . Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai mengukur
hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab
penyimpangan dari rencana atau
standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat
historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga bentuk pengawasan
tersebut sangat berguna bagi manaemen. Pengawasan pendahuluan dan
"berhenti-terus", cukup memadai untuk memungkinkan manajemen membuat tindakan
koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan.
Tetapi ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan disamping kegunaan dua bentuk
pengawasan itu.
Pertama, biaya keduanya mahal. Kedua, banyak kegiatan tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara terus menerus.
Ketiga, pengawasan yang berlebihan akan menjadikan produktivitas berkurang.
Oleh karena itu, manajemen harus
menggunakan sistem pengawasan yang
paling sesuai bagi situasi tertentu..
PENTINGNYA -PENGAWASAN
Ada berbagai faktor yang membuat
pengawasan semakin diperlukan oleh
setiap organisasi. Faktor-faktor itu adalah :
1. Perubahan lingkungan organisasi.
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tak dapat
dihindari, seperti munculnya inovasi
produk dan pesaing baru, diketemukannya
bahan baku baru, adanya peraturan pemerintah baru, dan sebagainya.
2. Peningkatan kompleksitas Organisasi. Semakin besar organisasi semakin
memerlukan pengawasan yang lebih
formal dan hati-hati. Berbagai jenis
produk harus diawasi untuk menjamin
bahwa kualitas dan profitabilitas
tetap terjaga, penjualan eceran pada para
penyalur perlu di analisa dan dicatat
secara tepat; bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri,
perlu selalu dimonitor.
3. Kesalahan-kesalahan.
Bila para bawahan tidak pernah
membuat kesalahan, manajer dapat secara
sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat
kesalahan-kesalahan memesan barang atau komponen yang salah, membuat penentuan harga yang terlalu rendah, masalah-masalah didiagnosa secara tidak
tepat.
4. Kebutuhan
Manajer untuk mendelegasikan Wewenang. Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang.
BIDANG-BIDANG PENGAWASAN STRATEGIK
Agar manajer dapat merancang
sistem pengawasan efektif, maka perlu didentifikasikan bidang-bidang strategik satuan
kerja atau organisasi. Bidang-bidang
strategik (kunci) biasanya menyangkut kegiatan-kegiatan utama organisasi
- seperti transaksi-transaksi keuangan,
hubungan manajer-bawahan, atau operasi-operasi produksi. Di samping itu, penting juga untuk menentukan
titik-titik kritis dalam sistem di
mana monitoring dan pengumpulan
informasi harus dilakukan, atau yang
disebut titik-titik pengawasan strategik (strategic
control). Metoda penentuannya adalah dengan menganalisa bidang-bidang operasi
di mana perubahan selalu terjadi dan pemusatan pada unsur-unsur paling
vital dalam operasi tertentu.
ALAT BANTU PENGAWASAN
MANAJERIAL
Ada banyak teknik yang dapat membantu manajer agar pelaksanaan
pengawasan menjadi lebih efektif. Dua teknik yang paling terkenal
adalah manajemen dengan pengecualian dan
sistem informasi manajemen. management by exception memungkinkan manajer untuk mengarahkan perhatiannya pada
bidang-bidang pengawasan yang paling
kritis dan mempersilahkan para karyawan atau tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi-variasi
rutin. Management - Information System
MIS MIS
adalah sistem pengadaan, pemrosesan, penyimpanan dan penyebaran
informasi yang direncanakan agar
keputusan-keputusan manajemen yang efektif
dapat dibuat. Sistem menyediakan
informasi waktu yang lalu, sekarang dan
yang akan datang serta kejadian-kejadian di dalam dan di luar
organisasi.
KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK
PENGAWASAN YANG
EFEKTIF
Untuk menjadi efektif, sistem
pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria-kriteria utama adalah bahwa sistem seharusnya 1) mengawasi kegiatan-kegiatan yang benar, 2) tepat
waktu, 3) dengan biaya yang efektif, 4) tepat-akurat, dan 5) dapat diterima oleh yang bersangkutan. Semakin
dipenuhinya kriteria-kriteria tersebut semakin efektif sistem pengawasan.
BAB 11
LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI
1.
Lingkungan dan organisasi bisnis
Organisasi
Bisnis sebagai Bagian dari Lingkungan, Organisasi sebagai
kumpulan orang-orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada dasarnya organisasi juga merupakan
bagian dari lingkungan dan masyarakat.
Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu
memahami lingkungan apa saja yang terkait
secara langsung maupun tak langsung dengan kegiatan organisasi. Pada
praktiknya perusahaan barangkali perlu memikirkan untuk merekrut tenaga kerja dengan memprioritaskan masyarakat di sekitar
perusahaan tersebut beroperasi. Selain
sebagai tanggung jawab sosial, juga sebagai upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Oleh karena itu kegiatan
manajemen yang akan dilakukan semestinya mempertitnbangkan faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan
organisasi, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung. Secara sederhana bagian
lingkungan organisasi ini ditunjukkan dalam Gambar berikut ini.
Lingkungan Internal organisasi Yang dimaksud dengan lingkungan internal organisasi adalah berbagai
hat atau berbagai pihak yang terkait
langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi, dan memengaruhi langsung terhadap setiap program,
kebijakan, hingga "denyut nadi"- .
nya organisasi. Pemilik
Organisasi (Owners)Para pemilik organisasi adalah mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan sebagai pemilik akibat adanya
penyertaan modal, ide, ataupun
berdasarkan ketentuan lainnya dinyatakan sebagai pemilik organisasi. Dalam
organisasi perusahaan para pemilik
organisasi. Organisasi perlu memahami para pemilik
organisasi karena setiap pemilik memiliki tujuan yang hendak dicapainya melalui
kepemilikannya atas organisasi. Tujuan yang hendak
dicapai oleh para pemilik ini merupakan salah satu sumber pertimbangan dari para pengelola organisasi ketika mereka menjalankan
kegiatan organisasi.
Manajemen (Board of Managers or
Directors)adalah
orang-orang yang menurut para pemilik organisasi perusahaan
dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari
untuk suatu periode tertentu. Orang-orang ini bekerja secara profesiona berdasarkan tugasnya masing-masing, Para Anggota atau Para Pekerja (Employees)Para anggota atau para pekerja dalam sebuah
organisasi merupakan unsur sumbe daya manusia (SDM) yang sangat dominan
dalam sebuah organisasi, karena biasanya jumlahnya
merupakan yang paling besar dalam
sebuah organisasi. Organisasi perlu memahami para pekerja atau para
anggota organisasi karena. Lingkungan
Fisik Organisasi Pemilik organisasi, pekerja, dan tim manajemen merupakan orang-orang atau sumber
daya manusia yang dimi.liki oleh perusahaan
Lingkungan Eksternal Organisasi lingkungan eksternal atau lingkungan yang terkait dengan kegiatan
operasional organisasi dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan. Lingkungan Mikro Perusahaan Lingkungan mikro perusahaan adalah
terdiri dari pelanggan, pesaing, pemasok,
dan partner strategis. Sedangkan lingkungan makro perusahaan terbagi dua, yaitu lingkungan lokal dan internasional. Lingkungan lokal dapat berupa para pembuat
peraturan, pemerintah, masyarakat luas pada umumnya,
BUDAYA ORGANISASI DAN KEGIATAN BISNIS
Pentingnya Budaya Bagi Organisasi Bisnis, budaya organisasi pada dasarnya lnerupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi
terkait denga lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan
kegiatannya. Budaya organisa penting sekali untuk dipahami karena banyak
pengalaman menunjukkan bahwa te nyata budaya organisasi ini tidak saja
berbicara mengenai bagaimana sebuali organisa bisnis menjalankan kegiatannya
sehari-hari, tetapi juga sangat memengaruhi bagaimal Kinerja yang dicapai oleh
sebuah organisasi bisnis. Budaya
organisasi pada dasarnya merupakan "apa yang dirasakan, diyakini, darl dijalani" oleh sebuah organisasi.
Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu
perusahaan dengan perusahaan lain. Namun, pada intinya apa yang dianut oleh
sebuah perusahaan akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Namun
demikian, budaya organisasi berbeda tidak
saja antarperusahaan, namun juga antarbagian di sebuah perusahaan. Bagian pemasaran dan SDM barangkali memiliki
budaya organisasi yang lebih fleksibel dibandingkan dengan bagian keuangan dan produksi.
Oleh karena kecenderungan ini ada di setiap organisasi, maka budaya
organisasi merupakan faktor yang akan menentukan
bagaimana tujuan dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
Faktor Penentu Terbentuknya
Budaya Organisasi
Berdasarkan catatan teoritis dan empiris, budaya
organisasi merupakan nilainilai dan
keyakinan yang dipegang oleh sebuah
organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang. Apa yang dirasakan, dialami oleh setiap perusahaan
dari mulai mereka membangun bisnisnya hingga kesuksesannya bahkan juga tidak
terkecuali kegagalan yang pernah dialaminya, membangun sebuah budaya dalam organisasi. Sebuah perusahaan akan menemukan bahwa
dari sekian tahun perjalanan bisnisnya, banyak hal yang kemudian dapat
dijadikan nilai-nilai dan norma yang dapat dipegang
teguh oleh organisasi untuk meraih sukses dalam jangka panjang.
Berdasarkan pemahaman di atas,
faktor yang menentukan
terbentuknya budaya organisasi adalah
pengalaman yang dijalani oleh
organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa
berupa kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan bisa disebabkan karena adanya konsep
bisnis yang tepat, pendekatan manajemen yang terbaik, dan lain-lain.
Sebaliknya, kegagalan dapat disebabkan oleh
ketidaktepatan konsep bisnis yang dijalankan.
Fase-fase kesuksesan dan kegagalan yang
dari dasarnya menentukan bagaimana budaya
organisasi terbentuk dan diyaki kenp,adian
oleh organisasi tersebut sebagai sebuah konsep norma dan nilai yang than dan
menlengaruhi keseluruhan cara kerja perusahaan.
Manajemen Bagi Budaya Organisasi
Tidak setiap budaya organisasi
harus dipertahankan. Adakalanya budaya organisi justru harus diubah. Tetapi, seorang manajer perlu memahami benar budaya
organisi mana yang harus
dipertahankan dan mana yang harus diubah.
Perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang begitu pesat, misalnya,
mendorong setiap orang atau setiap perusahaan
untuk melakukan perubahan secara cepat. Dalam konteks ini barangk setiap perusahaan perlu melakukan penyesuaian dan
perubahan yang terkait dengan budaya organisasi. Jika sebuah organisasi terbiasa
bekerja lambat, tidak tepat waktu maka
dapat diperkirakan organisasi tersebut tidak
dapat beradaptasi dengan Iingktung yang
berubah sangat cepat. Namuri demikian, adanya pertukaran budaya sebagai akil adanya transaksi bisnis internasional tidak secara
otomatis mengubah cara orang-orang berinteraksi
dengan orang lain. Budaya ramah-tamah orang Indonesia tidak serta merta harus diubah karena orang
Indonesia harus bertransaksi dengan orang-orang yang tidak menganggap penting keramahtamahan misalnya.
Berdasarkan uraian di atas, para
manajer harus tahu persis budaya organisasi seperti apa yang semestinya dibangun dan
dipertahankan. Oleh karena itu, kemampuan para manajer untuk memahami skenario budaya dan
lingkungan di mana perusahaan akan berinteraksi
sangatlah dibutuhkan. Hal ini sebagaimana dijelaskan di muka, terkenal dengan
kemampuan adaptasi dari perusahaan itu sendiri. Kadangkala para manager perlu
memasukkan "orang luar" agar budaya organisasi berubah. Misalnya
saja, sebuah Perusahaan yang mempekerjakan
orang asing di perusahaannya walaupun mayoritas pekerjanya adalah orang lokal. Kebijakan
ini salah satunya dilakukan dengan harap bahwa orang asing tersebut dapat memengaruhi bagaimana orang-orang di
perusahaan bekerja.
BAB 12
ETIKA MANAJEMEN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM
ORGANISASI
Sebagai bagian dari
lingkungan masyarakat, maka organisasi bisnis perlu memiliki tanggung jawab bahwa kegiatan yang dilakukannya membawa ke arah perbaikan lingkungan
masyarakat pada umumnya, dan bukan sebaliknya. Dengan demikian, sudah semestinya organisasi bisnis atau perusahaan perlu menyadari bahwa dirinya memiliki
apa yang dinamakan dengan
tanggung jawab sosial Tanggung jawab sosial
ini dapat berupa tanggung jawab
terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, keadilan ekonomi
masyarakat pada umumnya, partisipasi perusahaan dalam pembangunan lingkungannya, dan lain sebagainya.
Mereka
yang
berpandangan bahwa perusahaan perlu memiliki
tanggung jawal sosial menganggap
bahwa banyak persoalan di masyarakat muncul sebagai akibat dari kegiatan perusahaan yang dijalankan. Oleh karena masalah tersebut merupakan
akibat dari kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan, maka perusahaan perlu
untuk memikul tanggung jawab untuk penyelesaian masalah tersebut. Perusahaan perlu memberikan tanggung jawab sosial
sebagai konsekuensi logis keberadaannya
dalam lingkungan dan masyarakat. Hanya saja tanggung jawab sosial yang harus dipikul perusahaan ini
semestinya diatur dengan lebih baik oleh
pemerintah sehingga porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan
di masyarakat, namun bersama-sama dengan
pemerintah dan masyarakat mewujudkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
Mengelola
Tanggung Jawab Sosial dari
Perusahaan
perkembangan
yang
pesat dalam teknologi informasi membawa
konsekuensi logi bahwa n'asyarakat semakin mudah untuk memperoleh informasi.
Informasi terkait dengan apa yang
baik bagi masyarakat termasuk juga apa yang tidak.
Konsekuen dari kenyataan ini, perkembangan dunia bisnis di masa yang
akan datang akan berhadapan dengan masyarakat
yang semakin peka terhadap
lingkungannya sekaligus segala bentuk
aktivitas yang dilakukan perusahaan
terhadap lingkungannya. Oleh karena
itu, perusahaan akan berhadapan dengan tuntutan yang lebih besar dari
sisi tanggung jawab sosial seiring
dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat akan
lingkungannya. Ada beberapa strategi yang
dapat dilakukan oleh perusahaan.,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Kreitner (1992), yaitu strategi reaktif, defensif, proaktif, dan
akomodatif.
MANFAAT
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Tanggung
jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan
perusahaan di sebua lingkungan tnasyarakat mendorong perusahaan ttntuk
lebih proaktif dalam mengambil inisiatif
dalam hal tanggung jawab sosial. Pandangan ini tentunya bukan tanpa alasan karena pada dasarnya tanggung jawab sosial akan memberikan
manfaat dalam jangka panjang. Manfaat Bagi Perusahaan Manfaat yang jelas bagi perusahaan jika perusahaan memberikan tanggung jawab sosial adalah munculnya citra positif dari
masyarakat akan kehadiran perusahaan dilingkungannya.
Kegiatan perusahaan dalam jangkaa panjang akan dianggap sebagai kontribusi yang positif bagi masyarakat. Selain membantu perekonomian masyarakat perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat
membantu dalam mewujudkan keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Akibatnya, perusahaan justru akan memperoleh tanggapan yang positif setiap kali akan menawarkan sesuatu kepada
masyarakat. Manfaat Bagi Masyarakat Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang
dilakukan oleh perusahaan sangatlah jelas. Selain bahwa beberapa
kepentingan masyarakat diperhatikan oleh perusahaan, tnasyarakat juga akan mendapatkan
pandangan baru mengenai hubungan. perusahaan dan masyarakat yang
barangkali selama ini hanya sekadar dipahami sebagai hubungan produsen-konsumen, atau hubungan antara penjual dan pembeli saja Masyarakat akan memiliki pandangan baru
bahwa hubungan antara masyarakat dalam dunia
bisnis perlu diarahkan untuk kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Manfaat Bagi PemerintahManfaat
sebagai pemerintah dengan adanya tanggung jawab sosial dari pemerintah juga
sangatlah jelas. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang
menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dalam memberikan sanksi bagi pihak yang
melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang
mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan
masyarakat ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut.
MASA DEPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Perusahaan akan
menghadapi tuntutan untuk terlibat lebih banyak dalam tanggung jawab sosial di masa yang akan datang. Hat
ini didukung oleh penelitian empiris yang dilakukan
di antaranya oleh Vamos dan Power (1990), sebagaimana dapat dilihat dalam Busmess Week Edisi 23 April 1990. Strategi proaktif dari perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab
sosial tampaknya tidak dapat dihindarkan lagi di masa yang akan datang. Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa mayoritas responden dari para eksekutif dan mahasiswa program bisnis menyatakan bahwa perusahaan perlu untuk lebih terlibat dalam tanggung jawab sosial, seperti keterlibatan
dalam sektor pendidikan, pemeliharaan kesehatan lingkungan dan
masyarakat, pengangguran, dan lain-lain.
MENGUKUR
ETIKA MANAJEMEN
Nilai
personal
dapal digunakan untuk mengukur etika. Lebih lanjut lagi, Griffin
(2000) mengenalkan sebuah model untuk menilai etika. Model penilaian etika tersebut memberikan panduan
apakah sesuatu tindakan atau kegiatan
memenuhi kriteria atau tidak dapat dinilai dari 4 kriteria etika, yaitu dari sisi manfaat (benefits), pemenuhan
hak-hak (rights), prinsip keadilan (justice),
dari sifat pemeliharaan (caring).. Dari
sisi manfaat, jelas semua pihak bisa merasak manfaat dari prestasi
yang dilakukan pegawai. Perusahaan memperoleh manfaat dari hasil kerja keras pegawainya yang
berprestasi, demikian juga bagi pegawainya.
Sekalipun
tidak secara sempurna menjelaskan kriteria dan
panduan untuk menilai .
tindakan yang etis maupun tidak, namun model penilaian etika tersebut di atas
setidaknya dapat memberikan sedikit penjelasan bagaimana sebuah
tindakan atau kegiatan bisa dinilai dari
kriteria etikanya. Dalam praktiknya, model
tersebut bisa dikembangkan Standar
Aturan Mengenai Etika Perusahaan (Code of Ethics). Upaya lain yang dapat
dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menetapkan standar aturan mengenai etika yang harus
dijalankan oleh perusahaan atau
sering kali dinamakan sebagai code of ethics.
Implementasi dari code of ethics
ini akan sangat efektif jika memenuhi dua syarat, yaitu pertama, perusahaan
perlu menyatakan secara spesifik kepada publik mengenai code of ethics
yang mereka jalankan. Syarat
kedua agar code of ethics
ini bisa berjalan secara efektif
adalah perlu adanya dukungan dari tim manajemen puncak melalui sistem pengawasan tertentu seperti reward and punishment system dan lain
sebagainya. Tanpa ada dukungan dari
manajemen puncak, code of ethics ini pun akan sulit untuk
diimplementasikan.
Keterlibatan
Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
Upaya
lain untuk
menjamin bahwa perusahaan akan menjalankan kegiatannya secara lebih beretika adalah dengan melibatkan publik
dalam setiap kegiatan perusahaan yang dianggap tidak beretika. Dalam istilah
manajemen ini dinamakan sebagai whistle-blowing
(meniup peluit). Konteksnya adalah bahwa jika sebuah
perusahaan menjalankan suatu kegiatan yang tidak memenuhi
standar etika dan perusahaan cenderung membiarkan praktik tersebut untuk terus
berjalan, kenyataan ini kemudian dilaporkan
oleh anggota perusahaan kepada pihak publik seperti media massa, lembaga swadaya
masyarakat, ataupun pemerintah yang representatif untuk menangani kasus-kasus seperti
ini. Upaya ini akan mendorong perusahaan agar
benar-benar memerhatikan kepentingan publik, dan mencoba mengingatkan perusahaan bahwa jika
kegiatan tidak etis dilakukan perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi
konsekuensi logis berupa penilaian buruk dari masyarakat.
BAB 13
MANAJEMEN USAHA KECiL DAN
MANAJEMEN ORGANISASI
NIRLABA
A.
Manajemen usaha kecil dan ruang lingkupnya
-
Pengertian Usaha Kecil di Indonesia
Pengertian usaha kecil antara
definisi Kementerian KUKM, kementerian Keuangan dan Biro Pusat Statistik, maka pengertian usaha kecil dapat didefinisikan sebagai usaha yang dijalankan oleh sejumlah
orang (di bawah 20 orang) di mana usaha tersebut memiliki kekayaan bersih maksimal sebesar 200 juta rupiah dan penghasilan tahunan maksimal sebesar 1 miliar rupiah.
Berdasarkan definisi tersebut,
maka mayoritas pelaku bisnis di Indonesia dapat dikatakan adalah berskala usaha kecil. Sebagaimana dilaporkan dalam data yang dilaporkan oleh Biro Pusat Statistik, jumlah usaha kecil di
Indonesia adalah
sebanyak 14,1
juta usaha (96,1%) dari 14,66 juta usaha yang disurvei di luar sektor
pertanian. Dengan data yang diperoleh ini, dapat
dikatakan bahwa para pengusaha di Indonesia kebanyakan adalah pengusaha kecil. Dengan proporsi
usaha kecil yang
96,1% tersebut, usaha kecil di Indonesia
telah memberikan kontribusi sebesar 66,1% terhadap pendapatan domestik bruto dari Indonesia (data tahun 2001). Ini berarti bahwa perkembangan bisnis dan
ekonomi di Indonesia sangat bergantung
kepada perkembangan dari bisnis yang
dijalankan oleh usaha kecil.
Manajemen Usaha Kecil
Manajemen usaha kecil tidak jauh berbeda dengan
tnanajemen organisasi bisnis pada umumnya. Sebagai sebuah organisasi bisnis,
keseluruhan fungsi manajemen sebaiknya dijalankan
dengan mempertimbangkan jenis dan skala bisnis dari usaha yang dilakukan. Jadi, manajemen usaha kecil
tidak jauh berbeda dengan tnanajemen perusahaan pada umumnya. Hanya saja, jenis dan skala bisnis dari usaha yang dijalankan menyebabkan, dalam beberapa hal, manajemen usaha kecil tidak
sama dengan manajemen perusahaan pada umumnya (yang berskala tnenengah dan besar). Karena skala usaha bisnisnya lebih
kecil, justru pengelolaan sumber daya organisasi bisnis dari usaha kecil
menjadi lebih sederhana dan mudah dikelola,
sehingga fungsi-fungsi operasional dari manajemen usaha kecil lebih mudah direncanakan dati
dikendalikan. Akan tetapi, karena sumber daya organisasi yang dikelola
relatif kecil, maka jenis usaha yang dipilih juga perlu dipertimbangkan agar
sesuai dengan kemampuan sumber daya organisasi.
Paling tidak ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
mereka yang tnenjalankan atau
melakukan manajemen usaha kecil. Faktor-faktor tersebut adalah entrepreneurship, profesional, inovatif,
keluasan jaringan usaha, dan kemampuan adaptif.
Entrepreneurship
seorang wirausaha atau entrepreneur adalah seorang yang selalu berusaha mengubah keadaan
menjadi lebih baik, sekalipun harus melalui sebuah risiko. Oleh karena itu,
seorang wirausaha atau entrepreneur sering dikatakan sebagai seorang pengambil risiko atau risk taker,
karena berani melakukan sesuatu yang mengandung
risiko. Bisnis pada dasarnya selalu
mengandung dua sisi mata uang, yaitu risiko (risk) dan keuntungan (return). Jenis
bisnis apa pun tentunya mengandung
risiko, dari mulai risiko sedikitnya pembeli hingga kegagalan dalatn
bisnis. Akan tetapi, tentu ada alasan mengapa sebagian pebisnis mengalami kegagalan sedangkan sebagian lainnya
mengalami kesuksesan, yaitu berhasil memperoleh keuntungan (return). Dalam menjalankan manajemen usaha kecil, entrepreneurship perlu untuk dimiliki agar usaha yang dijalankan senantiasa aktif dalam mengikuti perkembangan bisnis dari
waktu ke waktu, sebagaimana halnya bentuk risiko yang berubah dari waktu ke
waktu. Tetapi, jika entrepreneurship dimiliki dalam manajemen usaha kecil, tantangan
dari faktor internasional pun tidak menjadi hambatan bagi usaha kecil, bahkan
mungkin dijadikan peluang untuk mengembangkan
bisnisnya secara global.
Profesional
Pentingnya usaha kecil dijalankan secara profesional nampaknya tidak
diragukan lagi. Profesional berarti bahwa usaha kecil dijalankan dengan
menganut kepada prinsip-prinsip manajemen modern dalam sebuah organisasi.
Dalam mengelola sumber daya manusianya usaha
kecil juga perlu menempatkan orang-orang yang sesuai dengan tempatnya. Jika
perlu, orang-orang dilatih agar dapat bekerja secara profesional.
Pilihan bisnis yang dijalankan juga perlu didasarkan atas kemampuan
dan daya jangkau para pelaku bisnis dalam usaha kecil tersebut. Dari segi
keuangan, jika diperlukan, usaha kecil juga melakukan proses audit dari
waktu ke waktu agar evaluasi atas keberhasilan usaha yang dijalankan juga bisa dilihat secara profesional. Jika usaha kecil dijalankan secara profesional,
akses dana dan akses pasar bagi usaha kecil nampaknya tidak terlalu sulit untuk dicapai. Hal tersebut dikarenakan usaha
kecil telah menunjukkan kemampuannya untuk mengelola bisnis sebagaimana
usaha-usaha lainnya yang berskala menengah dan besar.
Inovatif
Salah satu ciri dari dunia usaha
adalah terjadinya perubahan yang begitu cepat. Perubahan tersebut dapat
berupa perubahan dari karakteristik dan jumlah konsumen, jumlah pesaing, hingga ketersediaan pasokan bagi
bisnis yang dijalankan. Berangkat dari hal tersebut, usaha kecil perlu mengembangkan
pola-pola inovatif dengan memunculkan
berbagai ide baru mengenai pengembangan usaha yang dijalankan oleh mereka. Hal ini untuk memastikan agar usaha tidak hanya dapat bertahan di tengahtengah perubahan,
akan tetapi juga dapat berkembang sesuai dengan perubahan.
Keluasan Jaringan Usaha
Jaringan merupakan kunci
keberhasilan usaha. Pada dasarnya
semakin luas jaringan yang dapat dibangun oleh usaha kecil, dari mulai jaringan
dengan pemasok, investor, pelanggan, hingga berbagai pihak terkait, semakin besar peluang usaha kecil untuk mengembangkan
usahanya dalam jangka panjang.
Kemampuan Adaptif
Manajemen usaha kecil juga.perlu
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Jika saat ini teknologi
informasi yang berbasis komputer sudah tidak
asing lagi dipergunakan dalam dunia bisnis, maka tidak ada salahnya jika usaha kecil juga menjalankan usahanya dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, tentu disesuaikan dengan kebutuhannya yang paling relevan. Adaptasi juga diperlukan usaha kecil dalam mengantisipasi berbagai
perubahan yang terjadi secara
internasional.
Jika keempat faktor tersebut dimiliki usaha kecil
dalam menjalankan manajemennya, maka
peluang usaha kecil untuk berhasil cukup besar, dan kontribusinya terhadap pendapatan
nasional tentunya akan semakin signifikan di masa-masa yang akan datang.
MANAJEMEN ORGANISASI NIRLABA
Organisasi nirlaba
menurut definisi hukumnya merupakan organisasi yang tidak bisa mengalihkan
aktiva, pendapatan, atau keuntungannya kepada anggota, pegawai atau direktur
oeganisasi tersebut.Tetapi dalam hal ini, organisasi tentu saja bisa memberi
semacam kompensasi atas jasa ataupun barang yang diberikan oleh pegawai maupun
anggota organisasi tersebut. Definisi ini juga tidak berarti organisasi
dilarang memperoleh pendapatan yang diperhitungkan sebagai labanya. Yang
dilarang adalah distribusi laba tersebut. Organisasi nirlaba memerlukan laba
yang tinggi untuk menyediakan modal kerja dan sebagai penjagaan di masa
paceklik perolehan dana.
3.
Akuntansi dana
Banyak
organisasi nirlaba menggunakan pencatatan system akuntansinya dengan cara
akuntansi dana. Rekening disimpan terpisah untuk beberapa dana yang masing-masing
seimbang dengan sendirinya.
4.
Aturan
Organisasi
nirlaba biasanya diatur dan diawasi oleh dewan penyantun (trustee). Biasanya
dewan ini tidak mampu mengidentifikasi masalah sebenarnya. Untuk itulah
diperlukan dewan yang mengatur secara kuat dan bekerja secara efektif.
•Sistem
Pengendalian Manajemen organisasi nirlaba
1.
Penentuan harga pokok
Kebanyakan
organisasi nirlaba tidak memperhatikan dengan serius tentang kebijakan harga.
Harga atas jasa biasanya ditetapkan dengan system biaya penuh (full cost
system). Prinsip ini diterapkan pada jasa-jasa yang berkaitan dengan tujuan
organisasi. Pada umunya pengendalian manajeman ditetapkan apabila harganya
telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum ditetapkannya kinerja atas jasa yang
diberikan.
2. Penyusunan
anggaran dan perencanaan strategi
Pada organisasi nirlaba
yang harus memutuskan alokasi sumber daya yang terbatas secara bijaksana,
perencanaan strategi lebih penting dan lebih banyak memakan waktu dari pada
jenis usahanya itu sendiri. Alat pengendalian manajemen yang paling penting
dalam organisasi seperti ini adalah berkaitan dengan aktivitas keuangan
organisasi yakni anggaran (baik itu pendapatan maupun pengeluaran.)
3. Operasi
dan evaluasi
Pada kebanyakan
organisasi nirlaba, tidak ada cara untuk mengetahui biaya operasional yang
optimum. Banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memperoleh dana terutama
dari sumber pemerintah. Hal ini membawa konsekuensi makin diperlukannya
pengendalian manajemen
ConversionConversion EmoticonEmoticon