TEORI PERDAGANGAN MODEL
HECKSHER-OHLIN
OLEH
KELOMPOK
DOSEN PEMBIMBING
TEZAR
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KOTA BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji
penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Perdagangan model Hecksher-Ohlin” Tujuan penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap bahwa makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.
Bengkulu, Mei
2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C.
Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Teori Hecksher-Ohlin .......................................................................... 3
B.
Kelemahan asumsi teori Hecksher-Ohlin............................................. 8
C.
Kritik terhadap teori Hecksher-Ohlin...................................................
9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teori perdagangan internasional adalah
teori yang menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antar negara serta
bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara. Disamping itu, teori perdagangan
internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya
keuntungan perdagangan. Teori yang menjelaskan tentang perdagangan
internasional pada dasarnya dibagi atas
tiga kelompok besar, yaitu: teori praklasik merkantilis, Teori Klasik, dan teori modern.
Negara-negara yang melakukan perdagangan
internasional antara lain disebabkan dua
alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama
lain, setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui
pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik.
Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala
ekonomi dalam produksinya. Maksudnya,
Jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu
maka mereka dapat menghasilkan
barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih
efisien dibandingkan mereka menghasilkan segala jenis barang.
Karena dalam perdagangan internasional
banyak memuat teori-teori, maka Pada pembahasan ini kami hanya akan membahas mengenai sumber daya dan
perdagangan dengan model heckscher-ohlin atau yang biasa disebut teori H-O.
B. Rumusan masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan teori perdagangan model hecksher-ohlin?
2. Apa
kelemahan teori perdagangan model hecksher-ohlin?
3. Apa
saja terhadap teori perdagangan model hecksher-ohlin?
C. Tujuan
1. Utuk
mengetahui teori perdagangan model hecksher-ohlin
2. Untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan teori perdagangan model hecksher-ohlin
3. Untuk
mengetahui kritik terhadap teori perdagangan model hecksher-ohlin
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Hecksher-Ohlin
Teori Perdagangan Internasional modern
dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933)
mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu
dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan
beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor
barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara
intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan
dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari
keunggulan komparatif adalah
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan
faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teknologi yang
digunakan di dalam proses produksi, apakah labor
intensity atau capital intensity.
Penjelasan
analisis teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang melukiskan
total biaya produksi sama serta kurva isoquant
yang melukiskan total kuantitas produk yang sama. Teori ekonomi mikro
menyatakan bahwa jika terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan kurva isocost
maka akan ditemukan titik optimal. Sehingga dengan menetapkan biaya tertentu
suatu negara akan memperoleh produk maksimal atau sebaliknya dengan biaya yang
minimal suatu negara dapat memproduksi sejumlah produk tertentu. [1]
Penjelasan
dengan menggunakan kedua kurva tersebut misalnya dengan contoh angka hipotesis
perdagangan antara Indoensia yang padat labor dengan Korea Selatan yang padat
modal. Misal Indonesia mempunyai kurva isocost
seperti terlihat dalam gambar di bawah ini:
Labor
Kapital
|
Isocost $900
|
Isocost $800
|
|
75
|
|
Negara
I 25
(Indonesia)
|
Labor
|
Isocost $800
|
30
|
Negara II
|
Isocost $900
|
80
|
|
(Korea
Selatan)
Perbandingan
Proporsi Faktor Produksi
Matriks GainTrade berdasar Teori H-O
Negara
|
Indonesia
|
Korea Selatan
|
||
Komoditi
|
Sepatu
|
Televisi
|
Sepatu
|
Televisi
|
Fakt. Produksi
|
Labor
|
Kapital
|
Labor
|
Kapital
|
Proses Prod.
|
labor intensif
|
kapital
intensif
|
labor intensif
|
kapital
intensif
|
Proporsi Fakt.
Prod.
|
75
(banyak)
|
25 (sedikit)
|
30 (sedikit)
|
80
(banyak)
|
Isoquant
|
300
|
90
|
300
|
90
|
Isocost
|
$800
|
$900
|
$900
|
$800
|
unit biaya
|
$2,66
(murah)
|
$10
(mahal)
|
$10
(mahal)
|
$8,88
(murah)
|
Tabel
di atas menggambarkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) yang diperoleh
masing-masing negara berdasarkan teori H-O. Tabel tersebut disusun dengan
menggunakan asumsi 2*2*2 (dua negara, dua komoditi, dan dua faktor produksi).
Sesuai dengan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant, masing-masing
negara cenderung memproduksi barang tertentu yang paling optimal sesuai dengan
proporsi faktor produksi yang dimilikinya. Dari tabel tersebut kita mendapat
gambaran tentang penggunaan asumsi teori H-O:
1. Perdagangan
internasional terjadi antara dua negara (dalam hal ini Indonesia dan Korea
Selatan).
2. Setiap
negara memproduksi dua komoditi yang sama (misalnya 300 sepatu dan 80 televisi)
3. Setiap
negara menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu labor dan kapital, dengan
jumlah proporsi yang berbeda.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Isocost
|
800
|
Isocost
|
900
|
C
|
D
|
Isoquant
|
90 TV
|
Labor
|
Isoquant
|
300 sepatu
|
Isocost
|
800
|
Isocost
|
900
|
Kapital
|
|
80
|
|
|
|
75
|
A
|
B
|
Gambar 2
Perbedaan Harga Faktor Produksi
Gambar harga faktor
produksi di atas memberikan penjelasan bahwa untuk isoquant 300 sepatu dengan proses produksi labor intensif, di
Indonesia menyinggung isocost $900
pada titik A. Sehingga proses produksi 300 unit sepatu yang labor intesif akan
lebih murah, karena jumlah faktor produksi (labor) yang dimiliki oleh Indonesia
relatif lebih melimpah dan murah sehingga unit biaya hanya $2,66. Sebaliknya di
Korea Selatan, isoquant 300
sepatu dengan proses produksi labor
intensif, di Korea Selatan menyinggung isocost
$900 pada titik B. Sehingga proses produksi 300 unit sepatu yang labor intesif
akan lebih mahal, karena jumlah faktor produksi (labor) yang dimiliki oleh
Korea Selatan relatif lebih sedikit dan murah sehingga unit biaya menjadi $10.
Sedangkan
kondisi sebaliknya untuk isoquant 90 unit televisi, di Indonesia menyinggung isocost $900 pada titik C. Sehingga
proses produksi 90 unit televisi yang kapital intesif akan lebih mahal, karena
jumlah faktor produksi (kapital) yang dimiliki oleh Indonesia relatif lebih
langka dan mahal sehingga unit biaya menjadi $10. Sebaliknya di Korea Selatan, isoquant 90 televisi dengan proses produksi kapital intensif, di
Korea Selatan menyinggung isocost
$800 pada titik D. Sehingga proses produksi 90 unit televisi yang kapital
intesif akan lebih murah, karena jumlah faktor produksi (kapital) yang dimiliki
oleh Korea Selatan relatif lebih sedikit dan murah sehingga unit biaya menjadi
$8,88.
Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:
1. Harga
atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
2. Comparative Advantage dari suatu jenis
produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan
proporsi faktor produksi yang dimilikinya.
3. Masing-masing
negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak
dan murah untuk memproduksinya.
4. Sebaliknya
masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara
tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk
memproduksinya.
5. Kelemahan
dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula
sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.[2]
Hipotesis
Teori H-O
Sebelum
melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan
dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
1. Produksi
barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap
negara turun.
2. Harga
atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3. Harga
labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung
sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.
4. Perdagangan
akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang kaya Labor.
5. Masing-masing
negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak
dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka
ekspornya padat kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor
ekspornya padat karya dan impornya padat kapital.
B.
Kelemahan Asumsi
Teori H-O
Untuk
lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan internasional
akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
1.
Asumsi bahwa kedua negara
menggunakan teknologi yang sama dalam memproduksi adalah tidak valid. Fakta
yang ada di lapangan negara sering menggunakan teknologi yang berbeda.
2.
Asumsi persaingan sempurna dalam
semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi masalah. Hal ini karena
sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang bertumpu pada
diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan model
faktor endowment H-O.
3.
Asumsi tidak ada mobilitas faktor
internasional.
4.
Asumsi spesialisasi penuh suatu
negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan perdagangan tidak
sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi komoditi yang
sebagian besar adalah dari impor.
C. Kritik terhadap
Teori H-O
1. Kritik terhadap hipotesis hipotesis yang dihasilkan teori H-O
Teori
H-O merupakan penyempurnaan dari teori perdagangan internasional sebelumnya,
selain itu sudah dilakukan pengenduran atau pengurangan asumsi, namun masih
belum sempurna. Berikut ini akan dikemukakan kajian terhadap hipotesis yang
telah dikemukanan di atas:
a. Berdasar
teori H-O perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanya perbedaan
proporsi atau jumlah faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara dalam
memproduksi barang tersebut. Sehingga apabila jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang
sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional sulit terjadi.
b. Fakta
yang ada dalam dunia nyata menunjukkan walaupun jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama sehingga harga barang
sejenis relatif sama, ternyata perdagangan internasional tetap dapat terjadi.
c. Teori
H-O masih merupakan teori perdagangan internasional komparatif statik (Sih Prapti E., 1991). Sehingga asumsi klasik dan
neoklasik yang menganggap hampir semua besaran variabel dalam perekonomian
adalah statik, tidak berubah atau diasumsikan exogeneous (perubahan ditentukan di luar model). Padahal fakta yang
terjadi adalah terjadi perubahan secara terus menerus pada variabel dan perubahannya terjadi di dalam model
(endogeneous). Kondisi menyebabkan aplikasi teori H-O menjadi terbatas, atau
tidak dapat diterapkan secara umum. Oleh karena itu teori hanya dapat menjelaskan
terjadinya perdagangan antara negara yang kaya tenaga kerja dengan negara yang
kaya kapital, dimana hanya merupakan sekitar 40% dari volume perdagangan dunia.
2. Kondisi riil
yang tidak sesuai dengan asumsi teori H-O
Beberapa
kondisi fakta terkini yang tidak sesuai dengan asumsi teori H-O sehingga perlu
adanya perbaikan, antara lain:
a.
kondisi permintaan
dan penawaran komoditas perdagangan senantiasa mengalami perubahan karena
variabel yang mempengaruhinya senantiasa berubah.
b.
Teori perdagangan
terbaru menyatakan bahwa pengetahuan, dan pengetahuan adalah variabel penentu
keputusan perdagangan dan investasi.
c.
Jumlah dan dan
kualitas faktor produksi dan teknologi berubah dari waktu ke waktu.
d.
Variabel ongkos
transportasi diperhitungkan.
Perbaikan
antara lain dapat dilakukan dengan melakukan pelepasan beberapa asumsi yang
digunakan dalam teori H-O. Misalnya asumsi teori H-O yang mengatakan tingkat
teknologi sama sudah tidak relevan. Hal ini karena fakta dilapangan menunjukkan tingkat teknologi yang tidak sama
serta ada penundaan dalam proses transmisi atau difusi teknologi dari satu
negara ke negara lain. Sehingga suatu negara bisa menjadi eksportir yang sukses
jika terus menerus melakukan inovasi. Oleh karena itu perdagangan dilakukan dengan
banyak produkproduk baru hasil inovasi. Kondisi ini relevan dengan masalah yang
ada sekarang terkait dengan kesenjangan antara negara maju dan negara
berkembang sehingga dapat mengatasi keunggulan komparatif dinamis dibandingkan
teori Klasik. [3]
3. Kritik oleh ahli
perdagangan internasional
a. Kritik Raymond
Vernon
Dalam
kritik terhadap kelemahan teori H-O di atas antara lain dinyatakan bahwa teori H-O hanya mampu menjelaskan 40% dari
volume perdagangan dunia sedangkan fenomena terjadinya 60% negara maju belum
mampu dijelaskan. Oleh memunculkan peluang timbulnya teori baru, yaitu teori
siklus produksi (product life cycle) yang dikemukakan oleh Raymod Vernon. Teori
ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pertama, tahap produksi baru yaitu
ketika baru ditemukan produk dan diproduksi sebagai tahap perkenalan serta
hanya dikonsumsi dinegara tersebut. Tahap kedua, tahap pertumbuhan produksi
yaitu memproduksi massal untuk dikonsumsi sendiri dan diekspor ke negara lain.
Tahap ketiga, tahap standarisasi produk yaitu tahap dimana negara penemu
pertama produk tersebut sekarang mejadi pengimpor dengan alasan skala ekonomi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa teori menempatkan keungulan komparatif dinamis
karena sumber ekspor negara bergeser melewati suatu siklus hidup produk.
b.
Kritik
Linder mengenai persamaan selera
Asumsi lain teori H-O adalah adanya
kesamaan selera di antara kedua negara. Hal ini kurang relevan sekarang,
menurut ekonom swedia, Staffan Brensstam Linder yang mengemukakan teori linder
selera konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan penduduk. Selera
dalam suatu negara akan menghasilkan permintaan pada suatu produk. Oleh karena itu teori linder berorientasi
pada permintaan suatu produk sedangkan teori H-O berorientasi pada penawaran
karena fokusnya pada faktor sumber daya dan intesitas faktor. Sehingga suatu
negara akan mendorong produksi produk yang diminati (menjadi cerminan selera)
sehingga muncul ekspor.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori
Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,
negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu
negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan
faktor produksi.
Model
ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengeks-por barang yang membuat
penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang
yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif.
Meskipun
banyak menuai kritik, tetapi teori H-O merupakan teori modern dalam perdagangan
internasional yang semkin membuka wawasan kita akan teori-teori perdagangan
internasional yang ada.
B.
Saran
Dengan
disusunnya makalah ini, yang membahas tentang “teori perdagangan
model hecksher-ohlin” ini,
penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian teori tersebut.Untuk
mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan teori
tersebut pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai
pengarang, karena penulis hanya membahas garis besar saja .Disini penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah
selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. Yanuar Ikbar,
M.A, 2006, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori, Refika Aditama,
Bandung.
Lia Amalia, 2007. Ekonomi
Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu.
[1] Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 :
Konsep dan Teori, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal. 41 bid, hal. 41
[3] Sahat sijabat. 2013. Teori sumber daya dan
perdagangan dengan menggunakan model heckscher-ohlin. http://sahatsijabat22.blogspot.co.id.
Diakses pada tanggal 3 mei 2017
ConversionConversion EmoticonEmoticon